Kabar buruk datang dari China, hal ini karena dugong dinyatakan sudah punah. Para peneliti telah mengumumkan kepunahan satwa tersebut. Sebagaimana diketahui dugong merupakan satwa yang mengilhami kisah legenda duyung and sirene.
Para ilmuwan sudah meninjau semua data sejarah di mana dugong sebelumnya ditemukan di China. Data menunjukan, tidak ada penampakan yang diverifikasi oleh para ilmuwan sejak tahun 2.000. Rata-rata warga melaporkan sudah tidak pernah melihat dugong selama 23 tahun.
Lalu apa yang sebenarnya terjadi terhadap dugong di China? Dan apa dampaknya kepada manusia dan alam? Berikut uraiannya:
1. Dugong punah

Sebuah penelitian terbaru yang diterbitkan di Jurnal Society Open Science melaporkan kepunahan mamalia laut jenis dugong di China. Para peneliti telah mengumukan kepunahan satwa tersebut. Sebagaimana diketahui dugong merupakan satwa yang menginspirasi putri duyung.
Para ilmuwan di Zoological Society of London (ZSL) dan Chinese Academy of Science juga sudah meninjau semua data sejarah di mana dugong sebelumnya ditemukan di China. Data menunjukan, tidak ada penampakan yang diverifikasi oleh para ilmuwan sejak tahun 2000.
Para ahli juga melakukan wawancara pada 788 warga yang tinggal di wilayah pesisir yang diidentifikasi sebagai tempat tinggal dugong. Rata-rata warga melaporkan sudah tidak pernah melihat dugong selama 23 tahun, hanya tiga orang yang melihat satu dalam lima tahun terakhir.
“Ini artinya tidak lagi layak untuk menopang dirinya sendiri,” kata peneliti ZSL, Heidi Ma yang dimuat Detik.
2. Korban perburuan

Dugong merupakan satwa yang unik. Dia memiliki berat hampir setengah ton. Dugong juga satu-satunya mamalia laut yang vegetarian. Hewan ini memiliki sifat yang lembut dan tampak jinak sehingga mengilhami munculnya kisah pelaut kuno tentang putri duyung.
Dugong sendiri seiring diburu sejak abad ke 20. Banyak yang mengincar satwa ini untuk diambil kulit, tulang, dan dagingnya. Bahkan ada di beberapa tempat, air mata dugong pun diincar karena dipercaya sebagai ilmu pelet.
Kepunahan dugong dikaitkan dengan perilaku satwa tersebut yang cenderung lambat dan santai. Ini membuatnya rentan terhadap penangkapan ikan dan kecelakaan pelayaran. Apalagi dugong pun sering terjerat jebakan karena kebiasaanya yang suka mendekat ke daratan.
Tak cuma dugong di China, peneliti mengatakan ancaman serupa juga mengintai dugong-dugong di tempat lain. Sementara itu, Prof Samuel Turvey dari ZSL mengatakan hilangnya dugong di China sebagai kerugian yang akan menghancurkan.
3. Kerusakan lingkungan

Lenyapnya dugong menjadi indikasi rusaknya habitatnya di alam. Dugong memang hidup di padang lamun sebagai pakan mereka. Bila dugong lenyap, hal ini berarti padang lamun di kawasan tersebut juga sudah rusak.
Program Lingkungan PBB memperkirakan 7 persen habitat lamun hilang secara global setiap tahun karena polusi industri dan pertanian, pembangunan pesisir, penangkapan ikan yang tidak diatur, dan perubahan iklim.
Ketika spesies itu punah, dugong hilang dari rantai makanan. Hewan yang dahulu memangsa dugong harus mencari sumber makanan baru kalau tidak mau kelaparan. Hal ini dapat merusak populasi tumbuhan atau hewan lain.
Tidak hanya itu, jika pemangsa punah, populasi mangsanya dapat berkembang biak, membuat ekosistem lokal tidak seimbang. Manusia berbagi ekosistem dengan spesies yang terancam punah. Itu berarti bahwa ketika populasi suatu spesies berkurang, kehidupan manusia akan berubah.
Prof Turvey mengatakan kepunahan di China harus menjadi peringatan bagi daerah lain termasuk Australia dan Afrika Timur. Baginya ini menjadi pengingat serius bahwa kepunahan dapat terjadi sebelum tindakan konservasi yang efektif dapat dikembangkan.
Sebelum dinyatakan punah, dugong dapat ditemukan di 37 wilayah tropis di dunia. Khususnya di perairan dangkal di Samudra Hindia dan Pasifik bagian barat. Di Indonesia pun dugong terancam punah karena perburuan.