Jelajah Pulau Rambut, memotret spesies burung air dari penjuru Asia dan Australia

Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp
Dermaga Pulau Rambut | @DanielChang76 (shutterstock)

Pulau Rambut merupakan kawasan konservasi seluas 90 hektare (ha) dengan 45 ha berupa daratan dan sisanya adalah perairan dengan keindahan terumbu karang alami dan koleksi ikan-ikan hias aneka warna. Di tempat ini merupakan surga bagi para burung dunia.

Kawasan ini termasuk salah satu dari 108 gugus pulau yang terdapat di perairan Kepulauan Seribu, sebuah kabupaten di Teluk Jakarta, dan menjadi bagian dari Provinsi DKI Jakarta. Pulau ini lokasinya berdekatan dengan Untung Jawa, pulau berpenduduk terbanyak di Kabupaten Kepulauan Seribu.

Agar bisa mencapai Pulau Rambut hanya dibutuhkan waktu 10 menit memakai perahu motor kayu dari Untung Jawa menuju Pulau Rambut. Sedangkan menggunakan moda transportasi sama dari Pantai Marina Ancol, Pantai Kamal, atau Muara Angke, ketiganya di Jakarta Utara, butuh waktu 40-90 menit.

Jarak tempuh terdekat menuju Pulau Rambut, selain dari Untung Jawa, juga bisa dilakukan dari dermaga Tanjung Pasir, Kecamatan Teluknaga, Kabupaten Tangerang, Banten, dengan lama perjalanan antara 25–30 menit.

Dalam sejarahnya penetapan status sebagai kawasan konservasi dilakukan pertama kali pada tahun 1937. Penetapan ini berawal dari usulan Direktur Kebun Raya Bogor kepada Gubernur Jenderal Hindia Belanda di Jakarta, setahun sebelumnya.

Pada saat penetapannya sebagai cagar alam, luas Pulau Rambut tak lebih dari 20 ha. Walau merupakan sebuah kawasan cagar alam dan menjadi kediaman yang nyaman bagi aneka burung.

Pencemaran lingkungan di sekitar daratan dan perairan pulau akibat tumpahan minyak serta aneka sampah yang terseret oleh gelombang laut mengancam ekosistem di dalamnya.

  Tak pernah bosan mengamati tradisi tahunan sang penjelajah langit

Sebagian tanaman di hutan mangrove seperti bakau (Rhizophora mucronata), pasir-pasir (Ceriops tagal), dan bola-bola (Xylocarpus granatum) banyak yang mati.

Kondisi ini selain menimbulkan abrasi akibat tidak ada penahan ombak alami pascakematian pohon-pohon di hutan mangrove, luas daratan pulau juga menciut. Di luar itu, kematian pohon-pohon ekosistem mangrove menjadi ancaman bagi habitat burung-burung yang menjadikan puncak pohon sebagai rumah mereka.

TM Pulau Rambut | Bahadur

Demi menyelamatkan kondisi dan potensi Pulau Rambut, pemerintah menerbitkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan nomor 275/Kpts-II/1999 tertanggal 7 Mei 1999. Melalui surat keputusan tersebut, Pulau Rambut diubah statusnya dari semula sebuah cagar alam menjadi kawasan suaka margasatwa.

Pada masa puncaknya pulau ini bisa memiliki 20 ribu hingga 24 ribu ekor burung berkumpul atau jika diukur kepadatannya bisa mencapai 533 ekor per hektare. Bisa dibayangkan suasana riuh pulau dengan aneka suara berisik dari kehadiran ribuan satwa berparuh tersebut.

Setidaknya ada dua kelompok besar burung yang hidup di sini, terdiri dari 22 jenis burung air (water bird) dan 39 jenis burung darat (terestrial). Mereka berkumpul di Pulau Rambut terutama ketika musim berbiak tiba.

Pulau ini menjadi favorit para burung karena banyaknya pepohonan di daratan dan rapatnya hutan mangrove di tepi perairan. Sehingga membuat banyak ikan berdatangan dan menjadi sumber makanan burung-burung.

Beberapa burung seperti Cangak abu (Ardea cinerea), pecuk ular (Anhinga melanogaster), kowak malam (Nycticorax nicticorax), kuntul besar (Egretta alba), rokoroko (Plegadis falcinellus), dan pelatuk besi (Threskiornis melanocephalus) merupakan sebagian burung yang kerap hadir di pulau ini.

  70 persen air minum Indonesia tercemar limbah tinja, apa langkah UNICEF dan pemerintah?

Beberapa burung ini terdiri dari jenis penetap dan tidak. Biasanya yang tidak hanya akan datang saat musim berkembang biak. Para burung ini tidak akan pernah ingkar janji karena tempat ini merupakan surga burung terbaik di Pulau Jawa.

Bersama menyensus burung

Salah satu spesies burung air di Pulau Rambut | @Sriyana (shutterstock)

Perhimpunan Burung Liar Indonesia (Burung Indonesia) melaksanakan kegiatan Sensus Burung Air Asia atau Asian Waterbird Census (AWC) 2022. Bulan Januari memang waktu yang tepat untuk melakukan kegiatan sensus burung air.

Mereka melaksanakan kegiatan tersebut dengan melibatkan anggota Burung Indonesia, Yayasan Lahan Basah dan masyarakat umum. Acara ini dilaksanakan di Suaka Margasatwa Pulau Rambut, Kabupaten Kepulauan Seribu, DKI Jakarta, Sabtu (29/1/2022).

“AWC adalah kegiatan citizen science yang dilakukan di lokasi-lokasi basah untuk melakukan perhitungan burung air penetap dan burung air migran,” ungkap Achmad Ridha Junaidi, Biodiversity Conservation Officer Burung Indonesia.

Menurut Ridha, pengamatan ini juga dilakukan sebagai upaya agar masyarakat memiliki alternatif untuk melestarikan burung. Masyarakat bisa melakukan pengamatan langsung tidak hanya memeliharanya.

“Selain melakukan perhitungan, para peserta AWC nantinya akan belajar tentang habitat dan ancaman yang sedang terjadi kepada burung dan habitatnya,” jelasnya.

Perjalanan menuju menara pengawasan burung di Pulau Rambut | Bahadur

Dari pengamatan ini, Burung Indonesia mendapatkan banyak spesies yang baru mereka lihat. Walau begitu banyak juga burung yang tidak mereka temukan pada kegiatan kali ini.

  Gelatik jawa, burung penghias pagi yang kini terancam punah

Beberapa burung seperti ibis rokoroko, beberapa jenis bangau dan dua jenis cikalang tidak ditemukan. Padahal dalam database yang mereka miliki spesies ini pernah ditemukan.

Bedasarkan data yang ada, spesies burung di Pulau Rambut juga mengalami peningkatan yang cukup bagus. Hal ini terlihat dari jumlah spesies yang ditemukan semakin bertambah.

Tercatat sudah ada 100 speies secara keseluruhan yang ditemukan. Selanjutnya dari data ini akan dikompilasikan oleh ACW yang nanti akan digabungkan dengan belahan dunia lainnya.

Sementara itu dipilihnya Pulau Rambut karena menjadi salah satu dari 228 daerah penting bagi burung dan keragaman hayati di Indonesia, juga kewasan penting bagi pelestarian dan fungsi lahan basah di dunia.

Dokumentasi burung air dari menara pengawas burung di Pulau Rambut | Bahadur

Pulau yang bersebelahan dengan Pulau Untung Jawa juga menjadi tempat singgah bagi burung migran asal Pulau Christmas, Australia, yakni cikalang christmas yang berstatus kritis oleh Badan Konservasi Dunia atau International Union For Concervation of Nature (IUCN).

Selain itu, pulau yang memiliki luas 45 hektare ini juga menjadi tempat berkembang biak bagi salah satu burung yang sangat langka, yakni bangau bluwok. IUCN menetapkan burung ini memiliki status genting.

Diperkirakan, populasi bangau bluwok secara global berjumlah sekitar 1.500 induvidu, sekitar 100 induvidu di antaranya dapat dijumpai di Pulau Rambut.

“Pulau ini secara umum memiliki peranan penting dari sekian persen populasi global dari spesies burung yang akan punah,” tegasnya.

Artikel Terkait