Mengintip populasi satwa liar yang kerap jadi sasaran pasar gelap

Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp
Penyu hijau (Omar Flumignan/Flickr)

Keberadaan satwa liar menjadi hal yang sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia dan keberlangsungan lingkungan di seluruh dunia. Beberapa negara di dunia memiliki keanekaragaman satwa liar yang sangat tinggi dan memegang peran penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem global.

Negara-negara ini memiliki jumlah spesies satwa liar yang luar biasa, termasuk berbagai jenis mamalia, burung, reptil, amfibi, dan serangga. Keanekaragaman satwa liar yang tinggi di negara-negara ini seringkali dikaitkan dengan kondisi geografis dan lingkungan yang mendukung kehidupan satwa liar, serta upaya konservasi yang kuat dan efektif.

Meskipun demikian, tantangan lingkungan seperti deforestasi, perburuan berlebihan, dan perubahan iklim masih menjadi ancaman serius bagi satwa liar di seluruh dunia.

Dalam artikel ini, kita akan membahas beberapa negara yang memiliki keanekaragaman satwa liar terbanyak di dunia dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Sumber data yang digunakan untuk artikel ini didasarkan pada data dari organisasi internasional yang diakui dan mengumpulkan informasi dari berbagai sumber dan ahli di seluruh dunia.

  Warisan leluhur Baduy dalam pelestarian alam untuk cegah bencana

Berikut adalah beberapa negara dengan jumlah spesies satwa liar terbanyak di dunia beserta sumber datanya:

  1. Brasil – sekitar 103.870 spesies (data Convention on Biological Diversity, 2021)
  2. Kolombia – sekitar 56.343 spesies (data Global Biodiversity Information Facility, 2021)
  3. Cina – sekitar 49.350 spesies (data Convention on Biological Diversity, 2021)
  4. Peru – sekitar 45.837 spesies (data Global Biodiversity Information Facility, 2021)
  5. Indonesia – sekitar 38.000 spesies (data Indonesia Biodiversity Information System, 2021)

 

Perlu diketahui bahwa data tentang jumlah spesies satwa liar di dunia terus berubah dan diperbarui seiring dengan penemuan spesies-spesies baru dan penelitian lebih lanjut.

Oleh karena itu, data di atas mungkin tidak selalu akurat atau terbaru. Sumber data yang digunakan adalah organisasi internasional yang diakui dan mengumpulkan data dari berbagai sumber dan ahli di seluruh dunia.

Mereka dijadikan komoditas pasar gelap

Sayangnya, perdagangan gelap satwa liar telah menjadi masalah global yang cukup besar, yang mengancam keberlangsungan hidup banyak spesies di seluruh dunia.

  Tekan Emisi Karbon, Pupuk Kaltim Tanam 23 Ribu Pohon di 2022

Berikut adalah beberapa contoh satwa liar yang kerap menjadi komoditas perdagangan gelap:

1. Gajah

Gajah sumatra (Suri JV (on and off)/Flickr)

Gading gajah adalah komoditas perdagangan gelap yang sangat diminati di seluruh dunia. Gading gajah digunakan untuk membuat berbagai macam barang, seperti perhiasan, patung, dan senjata. Populasi gajah di seluruh dunia telah menurun secara signifikan akibat perburuan dan perusakan habitat mereka.

Menurut data dari International Union for Conservation of Nature (IUCN), populasai gajah Afrika menurun sekitar 30 persen dalam 7 tahun terakhir, dan hanya tersisa sekitar 415.000 gajah di alam liar.

2. Harimau

Harimau sumatra (Pat Charles/Flickr)

Kulit harimau, gigi, tulang, dan kuku adalah beberapa contoh barang dari harimau yang dicari oleh para penjahat perdagangan gelap. Harimau Sumatra dan Harimau Siberia merupakan spesies yang terancam punah. Menurut data dari IUCN, Harimau Sumatra hanya tersisa sekitar 400 individu dan Harimau Siberia sekitar 540 individu.

3. Badak

Badak Jawa (Hery He/Flickr)

Badak adalah salah satu hewan yang paling terancam punah di dunia. Tanduk badak dianggap memiliki sifat obat tradisional dan telah menjadi barang yang sangat dicari oleh penjahat perdagangan gelap.

  Ragam upaya pelestarian ekosistem margasatwa

Menurut data dari Save The Rhino International, hanya tersisa sekitar 5.500 badak hitam dan 27.000 badak putih di alam liar.

4. Penyu & kura-kura

Penyu laut (Art Mediator Immoos/Flickr)

Penyu dan kura-kura menjadi salah satu komoditas perdagangan gelap karena daging dan telurnya. Selain itu, penyu dan kura-kura juga diambil kulitnya untuk dijadikan bahan pembuatan barang.

Menurut data dari Turtle Survival Alliance, lebih dari 50 persen dari seluruh spesies kura-kura di dunia dianggap terancam punah.

Artikel Terkait

Berdaya