Paus bungkuk (Humpback whales) terkenal sebagai mamalia air besar yang memiliki pemikiran cerdas, mampu membuat keputusan, dapat menyelesaikan masalah dan berkomunikasi. Ada banyak insiden di mana mereka muncul untuk melindungi hewan lain dari serangan paus pembunuh.
Paus ini juga terus memberikan kejutan kepada para ilmuwan. Karena adanya bukti peningkatan mamalia besar tersebut. Kini usaha untuk melindungi paus ini telah membuahkan hasil, setelah dihapusnya mamalia ini dalam daftar kepunahan.
Lalu bagaimana kabar gembira tentang paus ini? Apakah benar ancaman terhadap puas bungkuk benar-benar sudah hilang? Berikut uraiannya :
1. Dihapus dari daftar kepunahan
Paus bungkuk telah dihapus dari daftar spesies terancam punah di Australia untuk pertama kalinya dalam 60 tahun. Kabar gembira ini merupakan keberhasilan dari pemulihan populasi paus bungkuk yang luar biasa. Pemerintah Australia menyebut keberhasilan itu sebagai salah satu kisah pemulihan hewan yang luar biasa.
Seperti dikutip dari IFL Science yang dimuat dari Kompas, Rabu (11/5/2022), populasi paus tersebut di perairan Australia meroket menjadi sekitar 40.000. Hal ini berkat upaya konservasi paus bungkuk yang dilakukan secara konsisten di daerah tersebut.
“Ini bukan tentang menghilangkan perlindungan untuk paus bungkuk yang masih merupakan spesies migrasi yang dilindungi. Tetapi ini adalah pengakuan atas keberhasilan upaya konservasi luar biasa yang dilakukan,” kata Menteri Lingkungan Hidup Sussan Ley dalam sebuah pernyataan.
Menurut Susan pada puncak industri perburuan paus global menyebabkan hanya terdapat 1.500 paus bungkuk di perairan Australia. Sebelum adanya aktivitas perburuan paus, diperkirakan ada sekitar 125.000 paus bungkuk, tetapi jumlahnya terus menurun tajam.
Paus bungkuk ditemukan di perairan di seluruh dunia dengan populasi besar di Atlantik Utara, Pasifik Utara, dan belahan Bumi Selatan. Paus bungkuk disebut sebagai mamalia yang migrasi terjauh di dunia. Mereka bisa bermigrasi sejauh 5.000 mil atau setara dengan 8.000 kilometer.
2. Sudah amankah?

Penghapusan paus bungkuk dari daftar spesies terancam menjadi harapan tersendiri dan tentunya kabar gembira bagi berbagai kalangan. Namun tampaknya, menurut beberapa konservasionis penghapusan paus bungkuk dari spesies terancam punah merupakan perayaan yang terlalu dini.
Pasalnya paus ini juga masih menghadapi ancaman lain yakni pemanasan air laut karena perubahan iklim. Kondisi tersebut berdampak drastis pada populasi kriil yang merupakan sumber pangan bagi paus. Selain itu penghapusan paus bungkuk dari daftar spesies terancam punah juga membuat mereka rentan.
“Kami sangat menghargai upaya bersama yang dilakukan untuk memulihkan populasi paus bungkuk, tetapi kami tak ingin melihat upaya itu sia-sia dengan menghapus status paus,” ungkap Alexia Wellbelove manajer kampanye senior kelompok aktivitas hewan Humane Society International.
Perubahan iklim memang sangat berdampak pada populasi paus. Sebuah tinjauan dari tahun 2021 menunjukan bahwa kenaikan suhu permukaan laut dan berkurangnya es laut menghasilkan perubahan bagi banyak cetacea. Beberap spesies semakin mendekati kepunahan karena hal tersebut.
Perubahan ini juga memengaruhi migrasi paus dan kebiasaan berkembang biak. Hal ini juga secara langsung mengurangi jumlah populasi paus bungkuk. Pasalnya jumlah habitat mereka yang semakin berkurang tidak bisa menampung jumlahnya yang terus meningkat.
3. Malah mengancam

Associate Professor Michael Noad mengatakan spesies ini telah pulih dengan cepat sejak perburuan komersil dihentikan pada tahun 1962 dengan rata-rata kenaikan 10,9 persen per tahun. Namun dirinya khawatir meningkatnya populasi ini tidak didukung oleh lingkungan.
“Kami tidak benar-benar tahu apa yang akan terjadi di masa depan, tetapi kami khawatir bahwa populasinya mungkin sebenarnya melebihi daya dukung lingkungan untuk mempertahankan populasi tersebut, jadi kita mungkin akan melihat lonjakan populasi ikan ini yang akan diikuti oleh penurunan signifikan dalam waktu cepat,” katanya yang dimuat dari Detik.
Dia mengatakan bila populasi satwa ini kembali anjlok, maka pemodelan yang dilakukan memperkirakan hal itu akan terjadi dalam waktu dekat. Hal yang paling mungkin, ucapnya adalah paus akan kehabisan krill di Australia dan ini diprediksi terjadi antara waktu 2021 dan 2026.
“Pasti akan ada lebih sedikit paus yang kesulitan bertahan hidup. Anda mungkin melihat anak paus yang sakit dan tidak dalam kondisi baik dan itu bisa berdampak pada industri pengamatan paus di pantai timur, yang bernilai lebih dari 100 juta dolar bagi perekonomian,” ucapnya.
Menurutnya dalam pengamatan ini bisa saja ada peningkatan penelantaran paus, ada juga paus yang sakit kemudian berenang sendiri atau juga paus yang mati di laut yang bisa menghadirkan bahaya bagi industri pelayaran yang ingin melewati laut tersebut.