Upacara Melasti, ritual penyucian diri melalui air sebagai sumber kehidupan

Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp
Ritual Melasti (I Gede Lila Kantiana/Flickr)
Ritual Melasti (I Gede Lila Kantiana/Flickr)

Menyambut Hari Raya Nyepi, masyarakat Bali melakukan ritual Melasti yakni upacara sembahyang umat Hindu. Tujuan diadakannya sebagai penyucian diri serta benda sakral milik pura (pralingga atau Pratima Ida Bhatara dan segala perlengkapannya). Ritual ini biasanya dilakukan di pantai atau danau.

Upacara Melasti dianggap mampu membimbing umat Hindu dalam menjaga hubungannya dengan Tri Hita Karana yang memiliki arti menjalin hubungan harmonis dengan Tuhan, sesama manusia, dan alam. Ritual ini menjadi cara mengevaluasi capaian hidup selama satu tahun yang lalu dan merancang ulang rencana hidup satu tahun mendatang.

Lalu bagaimana ritual Melasti begitu penting bagi masyarakat Hindu di Bali? Apa keterkaitan antara alam dengan manusia yang dipercayai oleh penduduk sekitar? Berikut uraiannya:

1. Air sebagai sumber kehidupan

Ritual Melasti (Mangku Kartika/Flickr)
Ritual Melasti (Mangku Kartika/Flickr)

Masyarakat Hindu mempercayai air adalah sumber kehidupan atau disebut tirta amerta. Sumber-sumber air tersebut memberikan kehidupan bagi seluruh makhluk hidup, termasuk umat manusia. Karena itulah, upacara Melasti selalu diadakan di tempat-tempat khusus seperti tepi pantai atau tepi danau.

Dalam lontar Sundarigama dan Shanghyang Aji Swamandala disebutkan, Melasti merupakan proses menumbuhkan Sraddha dan Bhakti pada para Dewata dan manifestasi Tuhan yang bertujuan menghilangkan mala atau penderitaan. Dalam bahasa kitabnya yang tertulis dengan bahasa Jawa Kuno menyebutkan, Melasti ngarania ngiring prewatek dewata angayutaken laraning jagat, papa klesa, letuhing bhuwana.

Ngiring prewatek dewata memiliki arti bahwa ritual Melasti harus didahului dengan memuja Tuhan. Tujuannya supaya bisa mengikuti tuntunan pada dewa yang merupakan manifestasi Tuhan. Kelak, setelah mendapatkan kekuatan suci dari dewa, manusia akan mampu untuk mengelola kehidupan di dunia.

  Berikut potensi wilayah di Indonesia untuk pengembangan EBT

Selain itu anganyutaken laraning jagat berarti menghanyutkan penderitaan masyarakat. Jadinya upacara Melasti bertujuan untuk memotivasi umat secara ritual dan spritual untuk melenyapkan penyakit-penyakit sosial. Karena itulah, setelah acara Melasti biasanya ada kegiatan untuk mencari solusi permasalahan yang ada di masyarakat.

Papa kelesa yang berarti menuntun umat agar menghilangkan penderitaan secara induvidual. Letuhing bhuwana yang berarti alam yang kotor. Di mana tujuan dari upacara Melasti adalah meningkatkan umat Hindu agar mengembalikan kelestarian alam. Sedangkan ngamet sarining amerta ring telenging segara yang artinya mengambil sari-sari kehidupan di tengah lautan.

2. Ritual Melasti

Ritual Melasti (Sumaryanto Broto/Flickr)
Ritual Melasti (Sumaryanto Broto/Flickr)

Saat upacara, masyarakat akan berbondong-bondong menuju laut ataupun sumber air dengan berpakaian putih dan membawa perlengkapan persembahyangan, yakni arca, pratima, dan pralingga dari pura yang ada di wilayah masing-masing untuk disucikan. Sebelum sembahyang, masyarakat akan membasuh atau dipercikkan mukanya untuk membuang karma buruk.

Setiap anggota masyarakat juga menyiapkan sesajian sesuai kemampuan masing-masing. Sajian ini merupakan bagian dari pelengkapan upacara Melasti. Sebelum pelaksanaan ritual, biasanya panitia dari tiap rombongan akan menyediakan sebuah meja atau panggung yang diposisikan membelakangi laut atau danau.

  Sejauh mana upaya pemulihan terumbu karang di Indonesia?

Meja ini merupakan tempat untuk meletakkan berbagai perangkat suci peribadahan dari pura beserta beranek jenis sesajian. Seluruh anggota kemudian duduk bersila menghadap ke arah jajaran perangkat ibadah dan sesajian tersebut, sekaligus menghadap ke sumber air suci. Nantinya proses upacara akan dipimpin oleh pemuka agama (pemangku) setempat.

Para pemangku berkeliling dan memercikkan air suci kepada seluruh anggota masyarakat yang hadir. Selanjutnya dilakukan ritual pesembahyangan (panca sembah) oleh seluruh anggota rombongan. Para pemangku lalu membagikan air suci dan bija (beras yang telah dibasahi ari suci). Air ini nantinya akan diminum, sedangkan bija akan dibubuhkan ke dahi setiap umat yang datang.

Selepas prosesi ini, perangkat-perangkat peribadahan diarak kembali ke pura untuk menjalani beberapa tahapan ritual yang lain. Agar tetap terjaga ketertiban dalam prosesi ritual, barisan pecalang (polisi adat) akan mengatur waktu pelaksanaan yang berbeda bagi setiap daerah (banjar). Hal ini dilakukan agar masing-masing daerah dapat melaksanakan ritual dengan khidmat dan optimal.

3. Menjaga alam dengan ritual agama

Upacara Melasti (Juniawan Sukrama/Flickr)
Upacara Melasti (Juniawan Sukrama/Flickr)

Selain sebagai ritual agama, ucapara Melasti juga bertujuan untuk meningkatkan kesadaran umat Hindu agar mengembalikan kelestarian lingkungan serta menghilangkan sifat-sifat manusia yang merusak alam. Dalam ritual ini diharapkan tumbuh kesadaran agar tidak merusak sumber air, tanah, udara, dan lain-lain.

  Menjelajah Candi Songgoriti, jejak sejarah Mataram Kuno di Kota Batu

Sedangkan menuju ke mata air, bermakna mengambil sari-sari kehidupan sebagai wujud ritual sakral agar membangun kehidupan yang seimbang lahir dan batin. Nantinya mereka akan melebur segala macam kotoran pikiran, perkataan dan perbuatan. Serta memperoleh air suci untuk kehidupan yang lebih baik.

Melasti memang dipercaya bisa meminimalisir lima sifat buruk manusia. Umat Hindu percaya yang membuat orang menjadi mabuk, yakni asmita yang berarti keegoisan, Awidya adalah kegelapan, raja yaitu hawa nafsu, dwesan merupakan sifat pemarah, dan adhiniwesa yang merupakan rasa takut tanpa sebab.

Kelima sifat tersebut ada dalam diri tiap induvidu, sehingga Melasti akan melebur semua sifat buruk manusia sebelum melaksanakan tapa brata pada Hari Raya Nyepi. Secara sosial. ritual ini juga diharapkan bisa melenyapkan penyakit-penyakit sosial, seperti kesenjangan antar kelompok, permusuhan antar golongan, juga wabah penyakit yang menimpa secara massal.

Bagi pura yang memiliki pratima atau pralingga juga mengusungnya ke tempat pertitaan tersebut. Pelaksanaan ini dilakukan sebelum tawur kesanga sebagai permohonan kepada Tuhan untuk kesejahteraan alam lingkungan menjelang pergantian tahun saka.

Artikel Terkait

Terbaru

Humanis

Lingkungan

Berdaya

Jelajah

Naradata