Upaya pelestarian lingkungan melalui pendekatan kultur dan budaya

Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp
Sutanandika dan Irfan Fauzi Arief dalam acara Cisadane Resik | Dok. Pejuang Waktu

Komunitas Pejuang Waktu kembali mengadakan acara pelestarian lingkungan yang bertema Cisadane Resik Volume ke-9 Merawat Tradisi, Bakti Alam Lestari yang berlokasi di kaki Gunung Gede Pangrango, Jawa Barat (Jabar). 

Agar sampai ke tujuan, memang diperlukan tenaga dan waktu yang ekstra. Selain jalan yang menanjak cukup tajam membelah bukit, beberapa jalur juga masih belum beraspal sehingga cukup memberatkan perjalanan.

Namun ketika telah sampai ke tempat tujuan di Lingkung Gunung Adventure Camp Bogor, tepatnya di Desa Cimande yang berada diketinggian 850 MDPL di kaki Gunung Gede Pangrango dan berhadapan langsung dengan puncak Gunung Salak.

Segala rasa lelah, setelah berjam-jam menaiki bukit terasa terbayar lunas. Tempat ini merupakan penginapan dengan suasana yang terkesan berada di tengah hutan dengan udara yang sangat sejuk, sangat ideal untuk memanjakan diri.

Tempat wisata ini menawarkan petualangan baru dengan pesona keindahan alam menakjubkan sehingga wisatawan bisa menikmati sensasi berpetualang, ngecamp, hingga berburu photo yang instagramable dengan latar belakang pegunungan yang mempesona.

“Lingkung Gunung Adventure Camp menyediakan berbagai kegiatan seru dengan nuansa udara yang bersih dan sejuk disertai panorama dan vegitasi alami yang eksotis,” ucap CEO PT Lingkung Gunung Sejahtera, Irfan Fauzi Arief, di lokasi kegiatan.

Selain memanjakan pengunjung dengan suasana alam yang meneduhkan hati. Lingkung Gunung juga sangat perhatian dengan kelestarian lingkungan yang berada di sekitar.

Hal ini dibuktikan dengan minimnya bangunan sipil, Lingkung Gunung lebih banyak dipenuhi dengan tempat berkemah juga beberapa bangunan semi permanen yang ramah lingkungan.

Memang tidak seperti tempat wisata lain, Lingkung Gunung sangat memperhatikan keberlangsungan lingkungan. Terutama pelestarian identitas dari Gunung Gede Pangrango yang memiliki hutan lebat dengan keanekaragaman flora dan fauna.

  Magis air mata dugong hanya mitos, dorongan penghentian perburuan disuarakan!

Karena itulah mereka sangat membuka diri bila ada kegiatan lingkungan yang ingin berkolaborasi. Terutama bila kegiatan lingkungan ini bisa membantu memperdayakan ekonomi masyarakat sekitar.

“Mau bertani silahkan, ini lahan banyak, mau pertanian organik silahkan, mau tanam buah-buahan boleh atau sayuran, nanti hasilnya di jual ke pengunjung. Lahannya dari saya, nanti kita bagi hasil,” ucap Irfan.

Kegiatan berbasis budaya

Perguruan Silat Cimande | Dok: Pejuang Waktu

Bagi Irfan, salah satu aspek yang penting dari gerakan lingkungan adalah masyarakat itu sendiri. Karena itu berbagai kegiatan telah dirinya lakukan untuk mengedukasi masyarakat sekitar untuk berpartispiasi.

Salah satunya ada pemberian modal usaha kepada masyarakat sehingga bisa mandiri secara ekonomi. Selain itu juga menggerakan desa wisata agar para pengunjung Lingkung Gunung bisa merasakan suasana pedesaan di kaki Gunung Gede Pangrango.

Namun beragam proyek ini sering menghadapi jalan buntu, akibat minimnya kesadaran dari sebagian masyarakat. Mereka lebih mementingkan materi yang bisa dihitung dengan jari dibandingkan keuntungan lebih besar pada masa depan.

Sehingga hal ini sering membuat Irfan patah arang untuk memperdayakan ekonomi masyarakat sekitar. Apalagi melihat masih adanya oknum yang mengatasnamakan kelompok tertentu untuk kepentingan individu.

Tetapi Irfan sendiri masih yakin ada beberapa kelompok atau individu yang peduli akan lingkungan. Sehingga beragam kegiatan yang berbasis lingkungan sangat diapresiasi olehnya.

Terutama kegiatan yang dilakukan oleh para anak muda di komunitas Pejuang Waktu. Baginya kegiatan ini sangat bermamfaat bagi lingkungan di kaki Gunung Gede Pangrango pada masa depan.

  Percaya diri, Indonesia bawa bukti nyata upaya hadapi krisis iklim di COP27

“Kita apresiasi kegiatan Cisadane Resik. Karena di sini adalah hulunya, ujungnya bisa ke Tangerang. Jadi kalau secara teori, ketika hulunya baik, pasti hilirnya baik. Tentunya idealnya ketika proses ke hilir semua baik, tetapi sekarang lebih penting apa yang dipikirkan itu dilakukan,” tegasnya.

Berlandaskan hal itu, Pejuang Waktu pada kegiatan Cisadane Resik kali ini berkolaborasi dengan induvidu dan kelompok masyarakat di sekitar kaki Gunung Gede Pangrango. Salah satunya adalah perguruan pencak silat Cimande yang cukup terkenal di Jabar, bahkan Indonesia.

Seperti kegiatan lingkungan yang pernah dilakukan Pejuang Waktu sebelumnya, kali ini mereka juga melakukan penanaman bibit tanaman dan juga bersih lingkungan. Tetapi salah satu hal yang mereka lakukan pada kegiatan kali ini adalah pendekatan budaya.

Pejuang Waktu melihat filosofi dari perguruan pencak silat Cimande bisa sangat berperan dalam pelestarian lingkungan. Secara filosofi, pencak silat Cimande memiliki dua unsur, yaitu jasmani dan rohani.

Dalam pendekatan jasmani, pencak silat Cimande sangat terkenal dengan keahlian bela diri dengan kekuatan fisik yang kuat. Lalu pada pendekatan rohani, mereka pun terikat dengan beberapa larangan dan pantangan.

Lingkungan untuk kesejahteraan masyarakat

Peserta Cisadane Resik |Dok: Pejuang Waktu

Masyarakat sekitar sebenarnya menyambut positif setiap kegiatan yang berbasis lingkungan. Tetapi hal yang penting adalah mengkomunikasikan ide dan melibatkan mereka dalam pelaksanaan kegiatan.

Beberapa kelompok masyarakat ada yang melihat kegiatan lingkungan sebagai proyek yang memiliki dana besar. Sehingga mereka baru akan terlibat bila mendapat keuntungan materi, padahal kegiatan ini terkadang minim sponsor.

  Warisan leluhur Baduy dalam pelestarian alam untuk cegah bencana

Karena itu perlu upaya penyadaran masyarakat tentang kegiatan lingkungan yang berbasis sosial. Bahwa pelibatan masyarakat dalam program lingkungan sangat penting untuk kepentingan mereka sendiri.

Selain program lingkungan, juga menyoroti kondisi lingkungan di kaki Gunung Gede Pangrango. Menurutnya banyak kegiatan ekonomi yang belum memperhatikan kelestarian lingkungan.

Seperti pembukaan ekowisata yang masih berfokus pada eksploitasi dibandingkan eksplorasi. Walau beberapa masih cukup bagus karena menjaga pohon-pohon yang ada sehingga cocok untuk tempat wisata instagramable.

Tetapi masih saja ada beberapa oknum yang melakukan perusakan terhadap hutan di kaki Gunung Gede Pangrango. Dirinya melihat kondisi ini saat melakukan program penanaman pada acara Cisadane Resik.

Beberapa kali melakukan perjalanan menuju Lingkung Gunung memang masih terlihat hutan yang rimbun. Tetap bila diperhatikan, di sisi kiri dan kanan jalan, telah banyak daerah yang telah gundul.

Tentunya ini cukup mengkhawatirkan karena bisa membahayakan perjalanan sebab sisi kiri dan kanan merupakan jurang. Selain itu tidak adanya pohon pelindung, bisa mengakibatkan longsor bila terjadi curah hujan yang tinggi.

Karena itu, Pejuang Waktu pun mengajak masyarakat sekitar untuk terlibat dalam gerakan ekowisata. Salah satunya adalah pemberdayaan lahan yang diamanatkan oleh pengelola Lingkung Gunung.

Ada beberapa keuntungan yang bisa didapat oleh masyarakat ketika program ini berjalan dengan baik. Seperti untuk kesejahteraan masyarakat, ketahanan pangan, juga kelestarian lingkungan di kaki Gunung Gede Pangrango.

Dukungan dari segala aspek baik pemerintah maupun swasta dianggap penting karena kegiatan ekowisata ini tentunya membutuhkan dana yang tidak sedikit.

Artikel Terkait

Berdaya