Tidak selalu berhubungan dengan aktivitas manusia, terdamparnya paus bisa terjadi secara alami. Penyebab alami yang dimaksud bisa terjadi karena sakit, cedera, tua, atau proses mencari makanan yang dilakukan paus terlalu mengarah ke perairan dangkal.
Karena dekat dengan jalur migrasi di Samudra Hindia, garis pantai terluar Pulau Sumatra rupanya jadi salat satu lokasi ‘langganan’ para paus terdampar. Menurut catatan KKP, sejak tahun 2012-2021 setidaknya ada sebanyak 20 kejadian paus terdampar di wilayah Sumatra.
Aceh menjadi wilayah yang paling sering dilaporkan sebagai lokasi paus terdampar selama 4 tahun berturut-turut sejak 2012-2016. Lebih detail, di tahun 2012 satu jenis paus sperma terdampar di Pulau Batu Belayar.
Di tahun 2013 satu paus berjenis baleen kembali terdampar di Teluk Nibong, Pulau Banyak. Setelahnya, masing-masing satu paus juga kembali terdampar di Pulau Nasi Aceh Besar (2014), dan Pantai Alue Naga (2016).
Pada tahun 2017, paus yang terdampar mulai meluas ke garis pantai lainnya di Pulau Sumatra. Tercatat ada dua kejadian paus terdampar di Sumatra Barat tepatnya di wilayah Mentawai. Masih di tahun yang sama, dua paus terdampar di Aceh juga kembali terjadi.
Tahun 2018, masing-masing satu paus terdampar kembali terjadi di Nias dan Aceh. Setahun setelahnya (2019), Aceh masih jadi tempat terdamparnya satu ekor paus di awal tahun. Diikuti dengan masing-masing satu kejadian serupa di Pantai Dungun, Kepulauan Riau, dan Pantai Sikabau, Sumbar.
Tahun 2020, masing-masing satu kejadian paus terdampar kembali dilaporkan di Aceh, Pulau Aua Ketek Sumbar, dan lokasi baru di Pantai Silo Baru, Asahan, Sumut.
Terakhir di tahun 2021, ada empat peristiwa paus terdampar yang dua di antaranya kembali terjadi di Aceh. Dan dua lainnya terjadi di Dusun Sungai Kong, Sumsel serta Kabupaten Natuna, Riau.
Statistik paus terdampar di Sumatra (2012-2021)
Sumber: Kementerian Kelautan dan Perikanan