Menyoal kabar penculikan anak yang melonjak sepekan terakhir

Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp
Ilustrasi penculikan anak (James Potter/Flickr)

Belakangan, jagad maya diramaikan soal pemberitaan penculikan anak, utamanya anak-anak yang masih di bawah umur.

Seperti yang dikabarkan oleh Konteks.co.id (29/1/2023), yang memberitakan soal pesan berantai soal penculikan anak yang terjadi di Bekasi, Jawa Barat, yang ternyata pesan tersebut Hoaks.

Dalam pesan berantai itu diperlihatkan sebuah video anak-anak yang bermain di halaman rumah. Kemudian, datang sosok pria yang datang mendekat lalu membius dan mengarungi bocah lalu melakukan tindakan penculikan anak.

“Kejadian di Perumahan Wisma Asri Bekasi. Ga segan2 masuk ke dalam teras rumah, anak di bius dan dimasukkan ke karung (terekam cctv) tetap waspada,” tulis pesan itu.

Terkait pesan tersebut, aparat kepolisian langsung merespons membuat klarifikasi dan menyebut jika pesan tersebut hoaks. Bahkan di sebuah wilayah lain, penyebar hoals soal penculikan anak berhasil ditangkap aparat kepolisian. Demikian Solopos mengabarkan.

Soal penculikan anak memang sensitif, karena hal ini terkait dengan kenyamanan dan keamanan anak ketika bermain. Sementara orang tua, tentu tak mampu mengawasi anaknya terus menerus setiap jam dan setiap menitnya.

  Status burung di Indonesia (2021)

Karenanya, beberapa yayasan lembaga hukum mengajak para orang tua dan keluarga untuk terus mengawal Undang-Undang Perlindungan Anak. Seperti yang dilakukan oleh Yayasan lembaga Bantuan Hukum Makassar yang bekerja sama dengan Pemerintah Kota Makassar, untuk mengajak para orang tua mengawal UU tersebut.

Lantas, seperti apa gambaran statistik soal kabar penculikan anak yang membuat geram aparat dan mencemaskan para orang tua? Berikut gambarannya.

Mention melesat, sentimen negatif menyeruak

Seperti diperlihatkan statistik di atas, bahwa kata kunci Penculikan Anak melonjak pada Jumat (27/1) dengan catatan 175 sebutan (mention) di ranah pemberitaan daring, forum, youtube, dan tentunya media sosial. Sementara sebarannya (reach) melonjak sehari setelahnya, Sabtu (28/1), dengan membukukan sekira 3,2 juta sebaran.

Hal ini tentu dipicu soal kabar penculikan anak yang masuk pada kategori hoaks, dan warganet/netizen yang geram dengan perilaku para penyebar hoaks, yang memberikan dampak kekhawatiran para orang tua.

Tak heran, kabar soal penculikan anak mendulang sentimen negatif yang cukup tinggi. Seperti digambarkan statistik berikut ini.

  Luas laut dan perairan di Indonesia

Pada Jumat (27/1), tercatat sentimen negatif melonjak soal kabar penculikan anak, yang langsung direspons oleh aparat kepolisian bahwa banyak kabar hoaks yang beredar soal penculikan anak.

Secara keseluruhan–pada periode 30 Desember 2022 hingga 29 Januari 2023–kata kunci terkait Penculikan Anak membukukan 2.081 mention, dengan catatan sentimen negatif (-) mendominasi sebesar 102 mention, dan sentimen posuitf (+) dengan 27 mention.

Dalam infografik di atas digambarkan, ranah pemberitaan daring mendominasi kata kunci penculikan anak dengan 1.529 mention (73,5 persen), diikuti ranah web dan video yang masing-masing membukukan 316 mention (15,2 persen) dan 135 mention (6,5 persen).

Sementara media yang paling memengaruhi/meng-influence terkait isu ini datang dari media-media arus atas, seperti CNN Indonesia, Kompas TV, dan Tribunnews, melalui kanal Youtube mereka.

Artikel Terkait