3 dampak positif dari terjadinya letusan gunung api

Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp
Ilustrasi erupsi merapi (Michael Aji Pradipta/Flickr)

Gunung meletus selama ini dipandang sebagai salah satu jenis bencana alam yang menjadi mimpi buruk. Bukan tanpa alasan, lantaran dampak negatif dan kerugian yang ditimbulkan memang tak main-main. Namun sebenarnya, ada beberapa dampak positif yang bisa timbul dari terjadinya letusan gunung api.

Memang tak dirasakan secara langsung oleh masing-masing orang, dampak positif dari letusan gunung api lebih terasa dalam hal pemanfaatan alam dan lingkungan.

Atau jika dirasakan oleh masyarakat, hanya berdampak bagi orang dengan kegiatan mata pencaharian tertentu, di antaranya petani sawah dan kebun.

Mengapa demikian? Berikut penjelasan mengenai 3 dampak positif yang dapat dirasakan dari letusan gunung api bagi lingkungan.

1. Membuat tanah menjadi subur

Ilustrasi (Wayne Williams/flickr)

Kondisi satu ini bisa dibilang jadi salah satu dampak positif yang paling terbukti nyata dan sudah banyak dirasakan oleh para petani. Hal tersebut juga sudah terbukti dapat dijelaskan secara ilmiah.

Saat kejadian, gunung api mungkin nampak mengeluarkan lahar panas yang dapat membabat habis apapun yang ada di sekitarnya. Namun di samping itu, abu vulkanik yang dikeluarkan oleh gunung api juga mengandung sejumlah material bermanfaat dalam menutrisi tanah.

  Mengapa nyamuk lebih memilih menggigit manusia ketimbang hewan?

Misalnya, dalam Journal of Science of Food and Agriculture terbitan tahun 2022 dijelaskan, bahwa abu vulkanik dapat berperan sebagai pupuk bernutrisi mineral.

Hal tersebut lantaran material ini mengandung karbon, nitrogen, belerang, dan fosfor yang bermanfaat bagi tanah. Lain itu, elemen letusan dari gunung api juga disebutkan mengandung beberapa unsur lain seperti magnesium dan potasium yang baik untuk kesuburan tanah.

Intinya tanah dari letusan gunung api mengandung unsur zat hara yang sangat tinggi. Lapisan tipis abu vulkanik itu lah yang nantinya akan meningkatkan hasil pertanian beberapa tahun setelah letusan terjadi.

2. Dampak positif letusan gunung api berupa pasir bahan bangunan

Ilustrasi pasir di kawasan gunung api (Ruditta Devianti/flickr)

Bukan hanya tanah, material abu vulkanik yang sama nyatanya juga dapat menimbulkan material baru yang memiliki nilai ekonomis, yaitu pasir. Pasir tersebut yang kemudian banyak dikeruk dan dijual sebagai material dalam industri bahan bangunan.

Bahkan pasir dari letusan gunung api memiliki kualitas yang unggul dan terbaik, salah satu contohnya pasir dari hasil letusan gunung Merapi di pulau Jawa. Saking unggul, bahkan disebutkan bahwa pasir dari gunung Merapi kerap disebut sebagai primadona.

  Deretan 5 buku ini bisa ubah sudut pandang kita terhadap lingkungan

Masih mengutip sumber yang sama, dijelaskan bahwa material pasir gunung api memiliki ujung silika yang runcing sehingga membentuk partikel yang memiliki sudut. Dalam industri pertukangan, pola partikel seperti itu yang terbukti membuat ikatan pasir dengan semen menjadi lebih kuat.

Sementara itu pasir biasa diketahui memiliki ujung partikel berupa memiliki ujung bulat sehingga kekuatan ikatan dengan bahan pembuat beton lebih lemah.

3. Pusat sumber energi geotermal

Pipa uap PLTP Kamojang (Dok. Kementerian ESDM)

Dampak positif yang satu ini yang tak bisa dianggap remeh karena nyatanya bisa berperan sebagai energi alternatif.

Penjelasannya, ketika meletus gunung api akan mengeluarkan magma. Kemudian magma tersebut akan meleleh di sepanjang permukaan tanah dan memanaskan air di bawah tanah sehingga menciptakan kumpulan kubangan air dan uap panas.

Kubangan air dan uap panas di bawah lapisan tanah itulah yang kemudian terperangkap dan membentuk sumber panas bumi alami. Kubangan air atau uap panas itu dapat ditemukan setelah digali dengan jarak yang bervariasi. Ada yang memiliki kedalaman ratusan hingga ribuan meter.

  Miliki waktu tidur yang singkat, bisakah hewan tetap bertahan hidup?

Dan titik tersebut yang kemudian banyak dimanfaatkan sebagai sumber energi panas bumi dalam praktik pembangkit listrik berbasis EBT.

Dalam penjelasan praktik sederhananya, pemanfaatan energi geotermal dari uap tersebut adalah dengan memasukkan air ke dalam sumur atau kubangan air di titik lelehan magma. Nantinya air akan memanas dan menjadi uap sehingga menyembur ke atas permukaan bumi.

Pada akhirnya uap air tersebut yang akan memutarkan turbin pembangkit listrik energi geotermal yang ada di dekatnya.

Artikel Terkait

Terbaru

Humanis

Lingkungan

Berdaya

Jelajah

Naradata