Kenapa selada jadi tanaman yang banyak dipilih dalam hidroponik?

Rasanya mustahil ada yang tidak mengenal selada. Jenis sayur satu ini banyak ditemukan di berbagai jenis makanan seperti salad hingga lalapan. Banyak disukai, selada nyatanya juga menjadi jenis sayur yang banyak dipilih dalam praktik hidroponik.

Fakta menarik lainnya, selada bisa dibilang menjadi salah satu jenis sayur yang paling banyak dan nikmat dimakan langsung, tanpa diolah sekalipun. Cita rasanya yang segar membuat sayur satu ini begitu populer dan umum dijumpai di hampir setiap meja makan.

Melihat hal tersebut, apa yang sebenarnya membuat selada menjadi tanaman hidroponik yang begitu diminati?

1. Manfaat selada

Selada merupakan sayuran daun berumur semusim yang masuk dalam famili Compositae. Menurut jenisnya, bentuk sayur ini ada yang dapat membentuk krop dan ada pula yang tidak.

Seperti yang banyak diketahui, warna daun selada umumnya hijau terang sampai putih kekuningan. Tapi ada juga selada dengan daun berwarna kemerahan.

Membahas singkat dari segi manfaatnya, selada memiliki kandungan zat gizi yang baik. Kandungan zat gizi yang banyak terkandung dalam selada antara lain kalsium dan vitamin A. Adapun beberapa manfaat dari selada antara lain mengobati hipertensi, mengobati gangguan dan iritasi pada kulit, memperlancar saluran pencernaan, dan sebagai antioksidan/antikanker.

Kandungan vitamin A dan betakaroten yang ada di dalamnya juga membuat selada mampu meningkatkan penglihatan dan mencegah penuaan dini.

2. Alasan selada banyak dimanfaatkan sebagai tanaman hidroponik

Ada beberapa alasan yang membuat selada menjadi jenis sayuran yang umum dalam hidroponik, salah satunya adalah nilai ekonomis yang tinggi. Di beberapa kedai sayur atau supermarket, selada dengan kualitas terbaik masih ada yang dijual dengan ksiaran harga Rp25-60 ribu per 250 gram.

Sedangkan jika mengambil dari petani hidroponik asli, harga yang dipatok biasanya ada di kisaran Rp15-50 ribu per kilogram.

Alasan lain yang membuat selada digemari petani hidroponik adalah keberadaannya yang lebih tahan terhadap serangan penyakit.

Selain itu dari segi penanaman selada dapat ditanam dengan mudah. Sayur ini sebenarnya dapat tumbuh lebih baik di dataran tinggi (pegunungan). Namun di dataran rendah pertumbuhannya juga dapat berjalan dengan normal dengan perawatan terbaik.

Selada dapat tumbuh optimal pada tanah yang subur banyak mengandung humus, dengan waktu tanam terbaik pada akhir musim hujan. Meski begitu, selada juga dapat pula ditanam pada musim kemarau dengan pengairan atau penyiraman yang cukup.

3. Proses tanam selada dalam hidroponik

Dalam konsep hidroponik, pembudidayaan selada dibagi menjadi empat tahap, yaitu tahap semai, pindah tanam, pembesaran, dan panen.

Pada tahap semai, umumnya media yang digunakan untuk menanam bibit adalah rockwool yang berwarna kuning pucat. Setelah dilubangi, benih selada dapat dimasukkan ke dalam rockwool di mana satu lubang berisi satu benih.

Tahap kedua, setelah 10 hari menjalani penyemaian, tanaman selada sudah siap untuk dipindahkan. Pada tahap ini selada sudah memiliki sekitar tiga hingga empat helai daun kecil. Pemindahan yang dimaksud adalah memindahkan selada dari wadah rockwool ke pot kecil bernama netpot.

Ketiga ada tahap pembesaran. Di mana biasanya pada Hhari ke sebelas sampai keenam belas setelah dipindahkan, daun akan mulai melebar dan lebih besar dari sebelumnya. Yang perlu dipahami, pertumbuhan selada memang lebih lambat daripada cabai atau bayam. Meski begitu, selada menunjukkan warna daun yang paling segar.

Terakhir adalah masa panen. Selada sudah siap dipanen saat hari ke-32 sampai 33, di saat daunnya sudah besar dan lebar serta sudah memenuhi ukuran standar. Lain itu, sebenarnya selada juga ada yang bisa dipanen saat sudah hari ke-30 sampai 40.

Yang perlu diperhatikan, selada tidak boleh dibiarkan terlalu tua karena akan menghasilkan rasa yang pahit.