Sebuah komet berwarna hijau melintasi Galaksi Bima Sakti pada Rabu (1/2/2023). Komet langka ini melintas dekat Bumi untuk pertama kalinya dalam 50.000 tahun sekali. Benda angkasa ini pertama kali terlihat pada Maret 2022.
Komet yang tampak berwarna hijau itu sempat diabadikan oleh tim pengamat Observatorium Astronomi Institut Teknologi Sumatra (Itera) dengan teleskop robotik pada kurun 13-16 Januari 2023.
Lalu bagaimana fenomena komet hijau tersebut? Dan mengapa hanya bisa melihat 50.000 tahun terakhir? Berikut uraiannya:
1. Komet hijau

Sebuah komet berwarna hijau melintasi Galaksi Bima Sakti pada Rabu (1/2/2023). Komet langka ini melintas dekat Bumi untuk pertama kalinya dalam 50.000 tahun sekali. Benda angkasa ini pertama kali terlihat pada Maret 2022.
Komet ini disebut bisa disaksikan di seluruh Indonesia pada tanggal 1 Februari sejak pukul 18.30 hingga 2 Februari pukul 02.30 waktu setempat. Hal yang menariknya adalah komet ini bisa disaksikan dengan mata telanjang.
Para petinggi dari Lembaga Antariksa Amerika Serikat (NASA) mengatakan benda angkasa ini pertama kali terlihat pada Maret 2022 ketika masih berada di dalam orbit Jupiter. Komet ini bisa dilihat lewat lensa binokuler dan penampakannya tampak seperti cahaya hijau kecil.
Ilmuwan NASA, Dr Stefanie Milam menyebut cahaya kehijauan yang dipancarkan mencerminkan komposisi kimia komet itu. Cahaya itu dihasilkan dari benturan antara sinar matahari dan molekul berbasis karbon yang berada di koma komet.
“Komet biasanya tak bisa ditebak, tetapi jika yang ini terus melanjutkan tren pemancaran cahayanya seperti sekarang, (komet ini) akan mudah terlihat,” tulis NASA yang dimuat CNN Indonesia.
2. Melintas satu kali seumur hidup

Andi Pangerang, peneliti Pusat Antariksa Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menyebut bahwa ZFT berasal dari singkatan Zwicky Transient Facility. Merupakan nama dari sebuah fasilitas pengamatan astronomis dengan medan pandang lebar.
Dirinya mengatakan bahwa komet ZTF hanya melintas satu kali dalam seumur hidup, dikarenakan orbitnya yang berbentuk hiperbola. Orbit ini memiliki nilai kelonjongan lebih besar dari satu, sehingga membentuk kurva terbuka di kedua titik fokusnya.
Selama ini, komet hijau tersebut belum begitu dekat dengan Bumi selama 50.000 tahun sejak zaman es terakhir dan sebelum kepunahan manusia Neanderthal. Komet ini terakhir mengunjungi Bumi pada Zaman Es terakhir.
“Komet hijau ini memerlukan waktu sekitar 50.000 untuk mengitari matahari, sehingga kesempatan untuk melihatnya hanya akan datang sekali seumur hidup,” kata Planetary Society yang dimuat BBC Indonesia.
3. Fenomena komet

Dimuat dari Tempo, penggiat astronomi dari Komunitas Langit Selatan, Avivah Yamani menyebut komet bisa diamati hingga akhir Februari. Seperti penampakan komet berwarna hijau atau C/2022 E3 (ZTF) dan hujan meteor Alpha Centaurid.
“Di arah utara, sampai akhir bulan kecerlangannya redup,” katanya.
Avivah menjelaskan sebelumnya komet yang tampak berwarna hijau itu sempat diabadikan oleh tim pengamat Observatorium Astronomi Institut Teknologi Sumatra (Iltera) dengan teleskop robotik pada kurun 13-16 Januari.
Selain itu ada hujan meteor Alpha Centaurid yang berlangsung dari 28 Januari hingga 21 Februari 2023. Dari laman Langit Selatan, hujan meteor itu akan mulai tampak dari pukul 21.46 WIB.
Sementara itu pada waktu puncaknya, 8 Februari, jumlah meteornya berkisar 8 sampai 25 kilometer per jam dengan kecepatan 56 kilometer per detik. Jelang akhir Februari, menjadi waktu terbaik untuk menikmati galaksi Bima Sakti selewat tengah malam.