Beberapa satwa ini memang pernah eksis di muka bumi, namun keberadaannya dianggap punah, karena perubahan iklim, deforestasi hutan, maupun karena mata rantai makanan yang tak seimbang.
Namun, sebagian dari hewan yang dianggap punah itu seolah bangkit dari kubur dengan menampakkan diri kembali di habitat aslinya. Berikut beberapa jenis satwa yang telah dianggap punah, namun muncul kembali dan memantik para ilmuwan untuk lebih jauh meneliti populasinya.
1. Solenodon

Solenodon (Solenodontidae) adalah jenis mamalia yang sangat langka dan unik yang memiliki mulut besar dan memiliki banyak gigi tajam. Mamalia ini hidup di hutan dan memiliki bentuk tubuh yang ramping dan memiliki bulu halus yang lebat.
Solenodon memiliki habitat yang sangat terbatas dan hanya ditemukan di beberapa wilayah di seluruh dunia. Ia memiliki perilaku yang unik dan menggunakan mulutnya untuk mencari makan dan memiliki jenis makan yang sangat spesifik, seperti serangga dan buah-buahan.
Solenodon adalah salah satu mamalia terlangka di dunia dan masih banyak yang belum diketahui tentang perilakunya dan ekologinya.
2. Bunglon Voeltzkow

Bunglon Voeltzkow (Furcifer voeltzkowi), spesies unik dan evasif yang dinyatakan hilang seratus tahun lalu ditemukan kembali di habitat aslinya di Madagaskar.
Sputnik News melaporkan dalam makalah penelitian yang ditulis Frank Glaw, dan diterbitkan di Salamandra German Journal of Herpetology, disebutkan bunglon unik itu ditemukan peneliti yang terlibat dalam ekspedisi di barat laut Madakaskar.
Dalam hitungan bulan, seekor bunglon spesies itu akan menetas pada musim hujan, tumbuh dengan cepat, bertengkar, kawin, dan mati. Bunglon Voeltzkow betina memancarkan pola warna-warni saat bertemu pejantan.
Peneliti mengamati perilaku Bunglon Voeltzkow betina saat kawin, hamil, dan stress. Ilmuwan percaya umur pendek Bunglon Voeltzkow menyebabkan spesies ini hilang selama seratus tahun.
Hipotesis lain, musim hujan mempersulit dan membuat pekerjaan mendata spesies ini hampir tidak mungkin. Madagaskar saat hujan hampir tidak mungkin diakses.
Penemuan kembali spesies yang hilang sangat penting, karena menyediakan data untuk tindakan konservasi dan membawa harapan di tengah krisis keanekaragaman hayati.
3. Tikus gajah

Sengis Somalia (Elephantulus revoilii) atau biasa disebut sebagai tikus gajah, merupakan salah satu mamalia yang hidup di dataran Afrika. Spesies ini terakhir kali terlihat pada 1968, di mana para ilmuwan selama ini hanya memiliki 39 sampel spesimen berusia ratusan tahun yang disimpan dalam museum.
Menariknya, spesies yang juga sekerabat dengan babi tanah itu kembali ditemukan di wilayah Afrika paling timur pada 2020. Usai setengah abad lamanya, peneliti yang pertama kali mempublikasikan temuannya di jurnal PeerJ itu akhirnya dapat memecahkan salah satu misteri terbesar terkait mamalia Afrika itu.
Menurut peneliti, Sengis Somalia ialah mamalia yang menghabiskan waktu seumur hidup dengan pasangannya. Untuk bertahan, mereka berbagi tempat di suatu wilayah kecil. Lembaga konservasi, Global Wildlife Conservation (GWC) selama ini memasukannya ke dalam daftar 25 spesies hilang yang paling dicari.
4. Burung Takahe

Takahe adalah spesies burung endemik dari Selandia Baru yang memiliki nama ilmiah Porphyrio hochstetteri. Mereka dikenal dengan sayap pendek dan kaki besar, serta memiliki warna bulu hijau tua dan biru. Takahe awalnya dikira telah punah pada abad ke-20, tetapi kemudian ditemukan lagi pada tahun 1948.
Saat ini, populasi takahe terbatas dan terus dalam bahaya karena habitat alam yang semakin terbatas dan ancaman dari predator seperti kelinci. Konservasi berfokus untuk melindungi spesies ini dan memperluas populasinya.
5. Ikan Coelacanth

Coelacanth adalah spesies ikan yang langka dan sangat bersejarah. Mereka dikenal sebagai “fosil hidup” karena mereka sangat mirip dengan ikan purba yang tercatat dalam fosil selama 400 juta tahun. Coelacanth pertama kali ditemukan pada tahun 1938 dan dianggap telah punah sejak era dinosaurus.
Penemuan mereka mengubah pandangan ilmiah tentang evolusi ikan dan membuka jalan untuk penelitian lebih lanjut tentang spesies yang selamat hingga saat ini. Coelacanth saat ini hanya ditemukan di perairan sekitar pulau-pulau Afrika timur dan perairan Sulawesi.
6. Serangga tongkat

Serangga tongkat langka dari Pulau Lord Howe di Australia, boleh dibilang bangkit dari kematian. Sempat disangka punah sekitar tahun 1930-an, kemudian pada tahun 2017 berkat pengujian DNA terbaru, serangga yang dijuluki sebagai lobster pohon (Phasmatodea) itu kembali ditemukan.
Lobster pohon memiliki tubuh sepanjang hampir 15 cm berwarna cokelat kehitaman dengan perut kokoh dan enam kaki panjang.
Penurunan populasi besar-besaran pada spesies ini bermula ketika sebuah sebuah kapal karam di perairan dekat Pulau Lord Howe. Selain awak kabin, kapal itu juga mengangkut segerombolan tikus yang dengan cepat menginvasi pulau tersebut.
Sayangnya, tak adanya mamalia besar yang memangsa tikus membuat populasi hewan pengerat itu pun melonjak dan menghabiskan habitat serangga lobster pohon dan beberapa spesies burung.
Pada 2001, para peneliti kembali pulau itu dan menemukan spesimen hidup yang tampak seperti serangga tongkat Pulau Lord Howe. Serangga tersebut kemudian dikumpulkan dan dibawa ke penangkaran di Kebun Binatang Melbourne.
7. Tikus batu laos

Tikus batu laos (Laonastes aenigmamus) merupakan jenis hewan pengerat dengan wajah menyerupai tikus, tetapi memiliki ekor yang mirip bajing, dan hidup di hutan Laos yang lokasinya terpencil dan merupakan mamalia nokturnal.
Awalnya para ahli biologi menyatakan bahwa mereka menemukan spesies baru yang disebut tikus batu Laos. Tapi, tengkorak, gigi, rahang bawah, dan karakteristik lain yang dimiliki tikus batu Laos ini sama persis dengan fosil Diatomyidae yang ditemukan di China, Jepang, dan beberapa tempat lain di Asia.
Artinya, keduanya mungkin adalah hewan yang sama. Padahal, Diatomyidae diperkirakan sudah punah 11 juta tahun lalu.
Kemunculan hewan yang telah lebih dari 11 juta tahun menghilang ini membuat rekasi para para palaeontolog dan menjulukinya sebagai ‘Takson Lazarus’, mengacu pada kisah Lazarus yang telah mati namun dihidupkan kembali.
8. Monyet wol ekor kuning

Monkey with a golden-tailed woolly monkey adalah spesies monyet berbulu ekor kuning yang dan memiliki warna bulu abu-abu kecoklatan. Mereka hidup di hutan hujan tropis Peru dan termasuk dalam jenis monyet yang memiliki bulu seperti wol (Lagothrix).
Monyet wol ekor kuning sangat jarang dan terancam punah karena deforestasi dan perburuan ilegal. Bahkan spesies ini pernah dianggap punah. Namun beberapa dekade kemudian kemunculannya memantik para peneliti yang kemudian berfokus pada konservasi primata ini. beberapa lembaga ekosistem bahkan melindungi habitat alam mereka dan memperluas populasi melalui program re-introduksi di alam liar.