Memahami seluk-beluk bahaya mikroplastik

Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp
Ilustrasi pencemaran mikroplastik (soren-funk/unsplash)

Keberlangsungan lingkungan rupanya tidak cukup hanya mendapat ancaman pencemaran dalam bentuk sampah plastik, belakangan ancaman lanjutan dalam bentuk lebih serius dengan dampak lebih kompleks timbul setelah wujud sampah plastik berubah dalam bentuk mikro, atau yang lebih sering dikenal sebagai mikroplastik.

Bukan lagi memberikan pengaruh dari luar, rupanya dampak negatif yang dapat ditimbulkan dari sampah ini secara langsung dapat memengaruhi kesehatan kita sebagai manusia dari dalam.

Apalagi, beberapa penelitian disebut sudah membuktikan adanya kandungan mikroplastik pada sejumlah bagian tubuh salah satunya paru-paru, hingga penemuan bahan anorganik mikroskopis plastik di plasenta bayi.

Hal tersebut bisa terjadi, karena nyatanya mikroplastik sudah mencemari lingkungan yang mau tidak mau terhubung langsung dengan aktivitas kita tanpa disadari, seperti air, udara, dan lain sebagainya.

Lantas, seberapa besar ancaman yang dapat ditimbulkan dari mikroplastik?

1. Tentang mikroplastik

Ilustrasi mikroplastik (Alexey Zatevakhin/dreamstime.com)

Mikroplastik merupakan partikel terkecil dari komponen plastik yang berukuran tidak lebih dari 5 milimeter (5.000 mikrometer). Dikarenakan memiliki ukuran yang sangat kecil, partikel ini dapat ditemukan di mana saja. Misalnya perairan laut, sedimen sungai, debu, bahkan pada rantai makanan yang berperan penting bagi kehidupan manusia.

  Benarkah Nabi Muhammad SAW mampu membelah bulan? Berikut bukti ilmiahnya

Menurut World Wildlife Fund International, tanpa disadari manusia juga disebut berisiko menelan sekitar 5 gram mikroplastik setiap minggunya, hal ini tentu tidak bisa dibiarkan, karena terdapat bahaya mikroplastik yang merugikan kesehatan.

Sifat bahaya itu sendiri berasal dari kandungan bahan kimia layaknya Polychlorinated Biphenyls (PCB) yang terakumulasi pada bagian plastik, dan dapat menyebabkan keracunan.

Mengutip Waste4change yang bersumber dari sejumlah jurnal dan literatur ilmiah, manusia disebut telah menyadari keberadaan mikroplastik di lingkungan sejak tahun 1970-an. Microbeads plastik pertama kali muncul dalam produk perawatan tubuh sekitar 50 tahun yang lalu, dan di saat bersamaan telah mencemari lautan sejak saat itu.

2. Dari dan di mana mikroplastik berasal?

Mikroplastik yang berasal dari produk perawatan (Greenpeace Oldenburg/Flickr)

Mengenai keberadaanya, disebutkan jika mikroplastik sendiri terdiri dari 2 jenis, yakni mikroplastik primer dan sekunder. Mikroplastik primer sengaja terbentuk dalam wujud microbeads (bulir-bulir plastik) pada produk perawatan, semenatara itu untuk jenis sekunder merupakan mikroplastik yang berasal dari pecahan sampah plastik yang lebih besar dan tersebar di laut serta darat.

  Mengapa masakan masyarakat Jawa identik dengan rasa manis?

Jika membahas lebih detail mengenai asal dan di mana saja mikroplastik berada, mikroplastik diyakini berasal dari manik-manik mikro di industri, pelet plastik, dan penguraian puing-puing plastik yang lebih besar.

Namun, sumber mikroplastik yang paling mengejutkan berasal dari pakaian yang kita kenakan sehari-hari. Iya, kenyataannya pakaian yang kita kenakan tidak terbuat dari 100 persen katun, terdapat serat plastik yang juga dikenal sebagai tekstil sintetis, sehingga dapat membuat pakaian menjadi lebih elastis, praktis, dan ringan.

Secara garis besar, segala macam jenis sampah plastik sintetis atau plastik apa pun yang berada di lingkungan, cepat atau lambat akan terurai menjadi ukuran mikroskopis yang bisa kembali ke tubuh kita dengan cara yang tidak pernah diduga sebelumnya.

3. Upaya pencegahan yang dilakukan

Kampanye kesadaran mikroplastik (Greenpeace Oldenburg/Flickr)

Beberapa ilmuwan menjelaskan jika paparan mikroplastik yang masuk ke dalam tubuh manusia dalam jangka waktu panjang bisa menimbulkan penyakit yang serius, seperti di antaranya memicu gangguan sistem saraf hingga dapat meningkatkan risiko kanker.

Melihat ancaman yang kian nyata dibanding sampah plastik biasa, berbagai pihak sejak lama juga diketahui tengah melakukan berbagai upaya pencegahan untuk meminimalisir bahaya dari mikroplastik.

  Potret tragis ancaman pembuangan sampah di Pantai Carita

Misalnya di Amerika Serikat, ada sebuah prakarsa Undang-Undang Perairan Bebas Microbead (Microbead-Free Waters Act) untuk melarang pembuatan, pengemasan, dan distribusi kosmetik yang mengandung microbeads plastik. Tindakan serupa juga dilakukan Inggris pada tahun 2017, serta Jepang, Uni Eropa, dan China pada tahun 2018.

Lain itu, banyak juga merek terkenal terutama merek produk perawatan yang memproduksi pasta gigi, deterjen, sabun, masker, dan pencuci muka, mulai menukar penggunaan microbeads menjadi bahan yang lebih ramah lingkungan, dengan mempertimbangkan beberapa bahan alternatif seperti kulit kenari yang dihancurkan, oat, gula, dan biji jojoba yang selama ini dikenal sebagai microbeads alami.

Meski di Indonesia belum ada upaya serupa dengan tingkat penanganan yang lebih serius, namun upaya untuk menyadarkan akan ancaman dan bahaya mikroplastik sendiri sudah mulai banyak digaungkan sejak lama.

Artikel Terkait