Penemuan gunung bawah laut di perairan Pacitan, apakah masih aktif?

Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp
Gunung bawah laut (John Fisher/Flickr)

Masyarakat Pacitan dikejutkan dengan ditemukannya gunung bawah laut di perairannya. Badan Informasi Geospasial (BIG) menyebut tidak ada catatan mengenai gunung itu dalam database PVMBG Badan Geologi Kementerian ESDM.

Pakar Geologi Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya, Amien Widodo menjelaskan soal kemunculan gunung di bawah laut di perairan Pacitan, Jawa Timur karena tumbukan antar dua lempeng.

Lalu bagaimana gunung bawah laut ini ditemukan? Dan bagaimana status dari gunung tersebut? Berikut uraiannya:

1. Gunung bawah laut

Ilustrasi gunung (al tuttle/flickr)

Masyarakat Pacitan dikejutkan dengan ditemukannya gunung bawah laut di perairannya. Badan Informasi Geospasial (BIG) menyebut tidak ada catatan mengenai gunung itu dalam database PVMBG Badan Geologi Kementerian ESDM.

Dimuat dari Detik, BIG menuturkan bahwa gunung bawah laut itu berada sekitar 200 kilometer barat daya Pacitan dengan tinggi 2.300 meter dari dasar laut. Sementara itu diameternya sekitar 10 kilometer dengan kedalaman 3-4 kilometer dari permukaan air.

“Kami tampung dulu itu, karena di dalam database kami tidak ada. Karena itu benar-benar baru,” ujar Koordinator Gunung Api PVMBG Badan Geologi Kementerian ESDM, Oktory Prambada.

  Ilmuwan temukan fakta sampah plastik yang bisa ‘musnah’ berkat air liur cacing

Dirinya menjelaskan karena tidak adanya catatan tersebut PVMB juga belum bisa menentukan apakah gunung di bawah laut Pacitan itu aktif atau tidak. BIG pun telah penemuan itu kepada Bupati Pacitan Indrata Nur Bayuaji.

Bupati yang akrab disapa Mas Aji itu berharap temuan gunung bawah laut tersebut jadi kabar baik bagi daerah yang dipimpinnya. Lebih dari itu, dirinya berharap keberadaannya dapat membawa keberkahan.

“Doa kita semua semoga temuan ini adalah kabar baik dan bukan menjadi suatu ancaman,” katanya.

2. Diminta berikan nama

Gunung bawah laut (wolf e twain/flickr)

Aji menyebutkan bahwa gunung bawah laut itu diduga memiliki ketinggian mencapai 2.300 meter dari dasar laut. Sedangkan gunung bawah laut itu, jelasnya memiliki diameter lebih dari 10 kilometer.

Disebutkan olehnya jarak gunung tersebut diibaratkan seperti jarak Pacitan ke Surabaya. Sekarang dirinya pun diminta oleh BIG untuk memberikan nama bagi gunung bawah laut yang berada di Pacitan itu.

“Saya diminta tolong untuk memberikan nama. Masih dipikirkan yang jelas bukan Aji. Mungkin ada warga yang mau mengusulkan nama gunung bawah laut itu?” tanyanya.

  Rembang yang kesohor sebagai kota bahari sebelum era Majapahit

Dimuat dari Jatimnesia, Aji kemudian memilih nama Jogo Jagad sebagai nama gunung bawah laut di perairan Pacitan. Nama Jogo Jagad merupakan bagian dari doa agar tidak menimbulkan bencana khususnya di tanah Pacitan.

“Nama Jogo Jagad adalah doa, agar tidak membawa bencana alam di Pacitan dan sekitarnya,” kata Aji.

3. Tidak muncul tiba-tiba

Gunung bawah laut (John Fisher/Flickr)

Pakar Geologi Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya, Amien Widodo menjelaskan soal kemunculan gunung di bawah laut di perairan Pacitan, Jawa Timur karena tumbukan antar dua lempeng.

Menurutnya terdapat lempeng Samudera Hindia yang menyusup ke bawah lempeng Eurasia sehingga lempeng tersebut menjulang ke atas. Sedangkan lempeng yang menyusup ke bawah itu membentuk sebuah palung.

Pakar ITS menyebut bahwa kemunculan gunung di bawah laut Pacitan itu bukan disebabkan oleh sering terjadinya gempa. Namun, justru aktivitas tumbukan lempeng itu bisa menyebabkan gempa.

“Tumbukan itu mulai 0 sampai 600 kilometer ke bawah laut, itu bisa terjadi gempa di kedalaman 100 hingga 650 kilometer, karena pergeseran lempeng yang panjang,” kata Amien yang dimuat SuaraSurabaya.

Tetapi dirinya belum bisa memastikan apakah gunung tersebut berbahaya atau tidak. Sehingga menurutnya masih perlu penelitian lebih lanjut oleh pihak Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN).

  Fakta bulan yang ternyata semakin menjauh dari bumi

Baginya kalau gunung tersebut tidak berstatus aktif tidak akan berbahaya bagi penduduk pesisir. Namun kalau gunung itu terus naik ke atas, pihak pemerintah perlu melakukan monitoring dan waspada.

“Kalau naik terus dikhawatirkan terjadi longsor. Kalau di bawah laut terjadi longsor besar bisa menimbulkan tsunami tanpa peringatan,” katanya.

Artikel Terkait

Berdaya