Soal warna, manfaat, dan fakta unik tentang kentut bagi lingkungan hidup

Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp
Ilustrasi kentut (Trivial Memes/Twitter)

Kentut, juga dikenal sebagai flatuensi, adalah tindakan menyalakan gas yang dihasilkan oleh flatulensi manusia, hewan, maupun tumbuhan.

Di keseharian, kentut nyatanya menjadi musuh bagi yang menghirupnya, meski sangat bermanfaat bagi kesehatan pelakuknya. Meski begitu, ternyata banyak sekali manfaat kentut bagi lingkungan.

Berikut uraiaannya:

1. Mengubah vegetasi menjadi lebih baik

Kentut yang dihasilkan oleh ruminansia (hewan yang memakan tumbuhan dan memiliki empat ruang lambung) seperti kambing, sapi, domba, dan kuda, dapat mengubah vegetasi yang tidak baik pada ternak menjadi vegetasi yang lebih baik untuk ternak.

2. Bahan bakar alternatif

Salah satu gas yang dikeluarkan kentut adalah Metana, yang merupakan gas yang dapat digunakan sebagai bahan bakar alternatif untuk menghasilkan energi.

3. Untuk produksi pupuk organik

Kentut dari hewan seperti kambing dan domba, ternyata dapat digunakan sebagai bahan baku untuk produksi pupuk organik.

4. Sumber energi

Kentut dari hewan pun dapat digunakan sebagai sumber energi di lokasi yang tidak memiliki akses ke sumber energi lainnya.

  Deretan 5 buku ini bisa ubah sudut pandang kita terhadap lingkungan

Namun, perlu diingat bahwa kentut juga dapat menyumbang pada pencemaran udara dan perubahan iklim jika jumlah metana yang dihasilkan cukup besar. Oleh karena itu, penting untuk mengendalikan jumlah kentut yang dihasilkan melalui pengelolaan ternak yang baik dan pengembangan teknologi yang efisien.

Bahkan pemerintah Selandia Baru berencana menetapkan kebijakan penarikan pajak untuk kentut dan sendawa sapi ternak. Isu ini mungkin terdengar tak masuk akal, namun di Selandia Baru jumlah sapi yang diperkirakan mencapai 6,2 juta ekor telah berpengaruh besar dalam hal pelepasan emisi atau gas rumah kaca.

Warna kentut

Dalam beberapa jurnal ilmiah disebutkan, kentut sering kali menghasilkan nyala warna biru. Fakta lain bahwa kentut mudah terbakar, dan praktik penyalaan kentut atau biasa disebut piroflatulensi atau flatus ignition itu memunculkan banyak lelucon.

Selain menghasilkan warna biru, kentut bisa menghasilkan warna nyala lain, seperti oranye dan kuning. Hal ini dimungkinkan karena warna nyala kentut tergantung pada campuran gas yang terbentuk di usus besar.

  Ini arti 7 simbol daur ulang pada kemasan plastik

Untuk megetahui warna kentut, lazimnya para ilmuwan menyiapkan api di dekat dubur untuk mengetahui warna apa yang keluar dari masingmasing individu, seperti manusia maupun hewan.

Fakta lain soal kentut manusia

Fakta lain tentang kentut manusia seperti diurai oleh laman Halodoc adalah sebagai berikut.

  • Ternyata, hanya 1 persen dari kentut yang benar-benar berbau, karena 99 persen dari kentut itu adalah gas yang tidak berbau, seperti karbon dioksida, hidrogen, nitrogen, oksigen, dan metana. Sementara, bau kentut berasal dari 1 persen gas hidrogen sulfida.
  • Boleh percaya boleh tidak. Tapi penelitian menyebut bahwa bau kentut wanita lebih buruk daripada pria karena kentut wanita secara konsisten mengandung konsentrasi gas hidrogen sulfida yang jauh lebih besar. 
  • Meski jarang, tetapi kentut bisa membuat ledakan karena ada dua bahan kimia dalam kentut, yakni metana dan hidrogen yang mudah terbakar. 
  • Hal menarik lainnya adalah kentut memiliki kecepatan yang cukup dahsyat, yakni 3,05 meter/detik. 
  • Nyatanya, kentut para vegetarian lebih banyak ketimbang non-vegetarian, hal ini ini karena kacang yang mereka makan. Kacang mengandung karbohidrat yang terbuat dari molekul yang terlalu besar untuk diserap di usus kecil manusia selama pencernaan, sehingga ketika masuk ke usus besar masih dalam bentuk utuh. Hal ini menyebabkan peningkatan bakteri tertentu di usus bagian bawah untuk memecah kacang, yang menghasilkan sejumlah besar gas hidrogen, nitrogen, dan karbon dioksida.  
  • Menahan kentut sebenarnya tidak berbahaya, sebab cepat atau lambat tubuh akan mengeluarkan udara itu.
  3 penyakit yang kerap diderita hewan ternak

Catatan: Artikel ini merupakan hasil dari terjemahan kecerdasan buatan (ChatGPT) yang telah dimoderasi.

Artikel Terkait