Babat alas, masa kejayaan, dan hilangnya Kerajaan Citorek

Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp
Pantai Pelabuhan Ratu Sukabumi (Willis M/Flickr)

Kerajaan Citorek adalah salah satu kerajaan kecil yang pernah berdiri di wilayah Jawa Barat, Indonesia. Wilayah Citorek merupakan salah satu lokasi kunjungan wisata yang dilakukan untuk melihat bekas-bekas peninggalan kerajaan tersebut.

Sejarah Kerajaan Citorek sendiri tidak banyak tercatat dalam sejarah resmi. Namun, berdasarkan cerita rakyat setempat, Kerajaan Citorek didirikan pada abad ke-14 oleh seorang tokoh bernama Raden Bagus Tapa.

Raden Bagus Tapa adalah seorang bangsawan yang berasal dari Kerajaan Sunda dan memiliki wilayah kekuasaan di daerah yang sekarang menjadi Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.

Selama masa kejayaannya, Kerajaan Citorek dikenal sebagai pusat perdagangan rempah-rempah dan hasil hutan, seperti kayu jati dan damar. Namun, pada abad ke-16, Kerajaan Citorek mengalami kemunduran akibat serangan dari kerajaan-kerajaan tetangga dan bencana alam yang melanda wilayah tersebut.

Saat ini, beberapa situs peninggalan Kerajaan Citorek masih dapat dilihat dalam tapak tilasnya, seperti Paseban Citorek (tempat pertemuan para pejabat kerajaan), Candi Sanghyang Tikoro (tempat pemujaan dewa-dewi dalam agama Hindu), dan Makam Raden Bagus Tapa (makam pendiri kerajaan).

  Pasca berakhirnya Kerajaan Pajajaran (Bagian 6): Toponomi Bogor

Tapak tilas Kerajaan Citorek kini menjadi salah satu objek wisata sejarah yang menarik untuk dikunjungi di wilayah Sukabumi.

Kejayaan Kerajaan Citorek

Berdasarkan cerita rakyat setempat, Kerajaan Citorek mencapai masa kejayaannya pada abad ke-14 dan 15, di mana kerajaan ini dikenal sebagai pusat perdagangan rempah-rempah dan hasil hutan seperti kayu jati dan damar.

Kerajaan Citorek memiliki wilayah kekuasaan yang cukup luas di daerah yang sekarang menjadi Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Wilayah ini terletak di jalur perdagangan yang ramai antara pelabuhan-pelabuhan di pesisir Jawa dan wilayah pedalaman.

Kerajaan Citorek juga memiliki akses ke jalur perdagangan yang menghubungkan wilayah Sunda dengan pelabuhan di pantai barat Sumatera.

Selama masa kejayaannya, Kerajaan Citorek diperkirakan memiliki sistem pemerintahan yang terorganisir dan kuat, serta memeluk agama Hindu. Bukti-bukti arkeologi menunjukkan adanya bangunan-bangunan seperti Paseban Citorek dan Candi Sanghyang Tikoro, yang digunakan untuk kegiatan pemerintahan dan keagamaan.

Namun, pada abad ke-16, Kerajaan Citorek mengalami kemunduran akibat serangan dari kerajaan-kerajaan tetangga dan bencana alam yang melanda wilayah tersebut. Setelah masa kejayaannya, Kerajaan Citorek kemudian tergabung dalam Kesultanan Banten dan sejak saat itu pamornya semakin meredup.

  Peran sungai dan laut dalam jejak peradaban Pulau Kalimantan

Hilangnya Kerajaan Citorek

Kerajaan Citorek mengalami kemunduran dan akhirnya hilang pada abad ke-16. Ada beberapa faktor yang berkontribusi pada hilangnya Kerajaan Citorek, antara lain:

1. Serangan dari kerajaan-kerajaan tetangga

Kerajaan Citorek berada di wilayah yang strategis namun rentan terhadap serangan dari kerajaan-kerajaan tetangga. Serangan tersebut mengakibatkan kekacauan di dalam kerajaan dan melemahkan sistem pemerintahan.

2. Bencana alam

Wilayah Kerajaan Citorek sering dilanda bencana alam seperti banjir dan tanah longsor, yang merusak infrastruktur dan menghambat kegiatan ekonomi.

3. Berubahnya sistem perdagangan

Dengan semakin berkembangnya jalur perdagangan di wilayah Jawa, pusat perdagangan berpindah ke pelabuhan-pelabuhan di pesisir Jawa. Hal ini mengakibatkan berkurangnya kepentingan perdagangan di wilayah Kerajaan Citorek yang berada di pedalaman.

Perbedaan Kerajaan Citorek dan Kasepuhan Citorek

Kasepuhan Citorek (Citorek Teja Sana)

Pada dasarnya Kerajaan Citorek dan Kasepuhan Citorek Banten adalah dua entitas yang berbeda.

Kerajaan Citorek adalah sebuah kerajaan Hindu yang pernah berdiri di wilayah Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat pada abad ke-14 hingga ke-16. Kerajaan ini dikenal sebagai pusat perdagangan rempah-rempah dan hasil hutan seperti kayu jati dan damar.

  Desa Saba Budaya Baduy, lokasi liburan favorit pelajar selama libur sekolah

Sementara, Kasepuhan Citorek Banten adalah salah satu kawasan keraton di Banten yang berada di bawah pengawasan Kesultanan Banten. Dulunya, Kasepuhan Citorek Banten merupakan tempat tinggal bagi para abdi dalem atau pegawai istana Kesultanan Banten.

Kedua entitas ini memiliki nama yang sama, yakni “Citorek”, tetapi tidak ada hubungan sejarah atau kekerabatan yang jelas antara keduanya.

Kasepuhan Citorek Banten terletak di wilayah pesisir Banten, sementara Kerajaan Citorek berada di wilayah pedalaman Sukabumi. Hal ini menunjukkan bahwa nama “Citorek” memiliki makna atau arti yang berbeda-beda tergantung pada konteksnya.

Artikel Terkait

Terbaru

Humanis

Lingkungan

Berdaya

Jelajah

Naradata