Danau kuno buatan berusia 2.500 tahun ditemukan di Pulau Sisilia, Italia. Hal yang menarik adalah danau ini bukan untuk pelabuhan yang biasanya digunakan untuk tujuan militer ataupun perdagangan seperti yang diperkirakan sebelumnya.
Danau ini, menurut para arkeolog, ternyata merupakan kolam suci yang digunakan oleh orang Fenisia kuno sebagai kompleks keagamaan yang besar, di mana kolam dapat memantulkan cahaya bintang dari konstelasi tertentu. Di sekitar kolam juga terdapat deretan kuil dan altar untuk menghormati beberapa dewa.
Lalu bagaimana bentuk dari danau kuno tersebut? Dan apa peradaban yang diketahui setelah penemuan ini? Berikut uraiannya:
1. Danau kuno dari Sisilia

Para ahli menemukan sebuah danau tua di Pulau Sisilia Italia. Danau buatan tersebut diperkirakan berusia 2.500 tahun. Uniknya, danau tersebut tidak dibuat untuk kepentingan militer ataupun perdagangan seperti yang diperkirakan sebelumnya.
“Ini adalah kolam suci di pusat kompleks keagamaan yang besar,” kata Lorenzo Nigro, profesor arkeolog di Universitas Sapienza Roma yang disadur dari CNBC.
Jika situs arkeolog tersebut dahulunya adalah sebuah pelabuhan. Nigro menyebut seharusnya ada bangunan pelabuhan, bukan kuil.
Para arkeolog lalu mengeringkan dan menggali danau tersebut untuk mencari petunjuk lain. Mereka menemukan bahwa danau tidak terhubung ke laut, tetapi diisi oleh mata air tawar.
2. Danau untuk ritual keagamaan

Di sekitar danau juga ditemukan banyak sisa-sisa kuil dan altar, lempengan batu berukir, serta patung-patung untuk ritual keagamaan. Namun, di antara semua temuan itu, petunjuk paling penting adalah ditemukannya patung besar Ba’al.
Para arkeolog meyakini patung tersebut dahulunya ditempatkan tepat di tengah kolam suci. Selain itu, arkeolog juga menemukan bahwa kolam suci yang memiliki 52,5 x 37 meter ini menjadi tempat untuk merefleksikan konstelasi penting.
Sejauh ini, mereka juga sudah menemukan instrumen bintang dan patung dewa yang berkaitan dengan astronomi.
Misalkan saja, ada bagian kolam yang menandai posisi Capella (Alpha Aurigae), bintang paling terang keenam di langit malam ketika terbit di udara saat ekuinoks musim gugur.
Pada prasasti lain juga menandai Sirius (Alpha Canis Major), bintang paling terang di langit malam ketika terbit di selatan selatan selama ekuinoks musim gugur.
3. Menunjukan peradaban Fenisia

Orang fenisia kuno diyakini membangun danau buatan tersebut di kota pulau Motya sekitar 550 SM. Temuan ini baru diumumkan oleh Nigro setelah hampir 60 tahun para arkeolog melakukan penelitian di Motya.
Motya merupakan sebuah pulau kecil seluas 40 hektare yang terletak di lepas pantai barat Sisilia.
Menurut Nigro, populasi di Zaman Perunggu dan Besi berkembang pesat di sana karena pasokan ikan, garam, dan air tawar yang melimpah dan lokasinya yang terlindungi di dalam laguna.
Lalu, pada abad kedelapan SM, orang fenisia mulai menetap di sana dan berintegrasi dengan penduduk setempat, membawa budaya khas ke pulau itu.
“Bisa mengumpulkan budaya mediterania yang berbeda di kota mereka, menggunakan kompleks kultus ini sebagai tempat untuk mencampur dan bertukar tradisi mereka,” jelas Nigro.
Hanya 100 tahun kemudian, permukiman telah berkembang menjadi kota pelabuhan yang ramai dengan jaringan perdagangan yang membentang di Mediterania tengah dan barat. Namun, perkembangan itu harus dibayar dengan konflik yang berakhir pada kehancuran Motya.
Akan tetapi, Motya bisa bangkit kembali dan membangun kota dengan cepat. Termasuk cekungan buatan penuh dengan teka-teki yang ditemukan arkeolog ini.
Setelah penggalian selesai, tim peneliti pun mengisi kembali kolam dengan air dan memasang replika patung Ba’al, memberikan gambaran sekilas apa tempat suci ini bertahun-tahun yang lalu.