Pulau Gelasa atau Pulau Gaspar diperkirakan berada di lembah purba, seberang Tanjung Berikat, Kabupaten Bangka Tengah, Kepulauan Bangka Belitung. Lembah yang sekarang menjadi perairan dengan kedalaman belasan hingga puluhan meter, telah menjadi situs belasan kapal karam tua dan wadah mineral plaser.
Pulau ini juga dikelilingi terumbu karang. Sebagian pantainya menampilkan terumbu karang purba, yang selama ini tersimpan di dalam daratan. Akibat naiknya permukaan air laut, terjadi pengikisan pantai yang memunculkan terumbu karang purba tersebut.
Lalu bagaimana Pulau Gelasa ini muncul? Dan apa saja kekayaan hayati yang dimilikinya? Berikut uraiannya:
1. Pulau Gelasa

Pulau Gelasa berada di kawasan Laut China Selatan yang masuk dalam wilayah Kepulauan Bangka Belitung, dan berada di muara (barat) Selat Gaspar. Masyarakat lokal, baik di Bangka Selatan dan di Pulau Belitung menyebut pulau tersebut dengan nama “Pulau Kelasa”.
Peneliti terumbu karang dari Universitas Bangka Belitung, Muhammad Rizza Muftiadi melihat dari keanekaragaman dan kedalaman laut di Selat Gelasa, dapat dibayangkan pada masa sebelum es mencair, selat ini merupakan lembah yang terdapat perbukitan granit.
“Sementara Pulau Gelasa (utara) merupakan bukit tertinggi seperti halnya Bukit Berikat yang berada di muka Tanjung Berikat (selatan). Setelah Pulau Gelasa (utara), kedalaman laut hingga 45 meter,” ucapnya yang dimuat Mongabay Indonesia.
Diperkirakan oleh Rizza, pada zaman Pleistocene, Selat Gelasa merupakan lembah yang kemungkinan besar terdapat sungai, hutan, dan savana dengan flora dan faunanya, serta jejak kehidupan manusia di masa lampau. Namun jejak kehidupan ini tertimbun belasan hingga puluhan meter oleh pasir hasil pelapukan.
2. Penemuan jejak peradaban

Perairan Pulau Gelasa terkenal karena banyak ditemukan situs kapal tua yang tenggelam atau karam. Salah satunya sebuah kapal yang diduga milik VOC, ditemukan di kedalaman 28-30 meter di Selat Gelasa. Artefak yang ditemukan dari kapak karam tersebut antara lain tiang kapal, kemudi, meriam, keramik, tulang binatang, dan lain-lain.
“Di Selat Gelasa atau di sekitar Pulau Gelasa, terdapat 18 lokasi (situs) kapal karam,” kata Mat Angin seorang nahkoda kapal nelayan.
Mat Angin mengaku telah belasan tahun menjadi penyelam untuk berburu benda-benda berharga di kapal-kapal tua yang karam di Kepulauan Bangka Belitung. Selain kapal, di Selat Gelasa ini juga ditemukan sejumlah fosil kerangka gajah (Elephas maximus) yang sama dengan gajah sumatra.
Julien Louys dari Griffith University, Australia mengemukakan bahwa fosil gajah tersebut diperkirakan dari gajah yang hidup kisaran 16.000 – 25.000 tahun lalu atau sebelum akhir masa Dryas Muda, atau naiknya permukaan air laut yang menenggelamkan peradaban di pulau itu.
3. Jejak terumbu karang

Di pulau ini tidak ada kapal yang dapat berlabuh, karena semua pantainya dipenuhi terumbu karang yang mati maupun hidup. Rizza menduga, karang-karang itu berasal dari zaman purba. Karena ukurannya yang besar dan sangat beralasan jika umurnya sudah lama.
“Dari karang tersebut, kita akan dapat menjelaskan perubahan-perubahan iklim yang terjadi di Indonesia. Selain itu, jika kita menggali informasi hingga ke dasarnya yang hanya 30-40 meter, kita akan mendapatkan informasi yang lebih mendalam tentang sejarah peradaban Indonesia,” jelas Rizza.
Hamparan karang massive tersebut juga ditemukan di Pesisir Tanjung Berikat, Kabupaten Bangka Tengah dan Dusun Tuing, Kabupaten Bangka dengan ukuran yang lebih kecil. Sementara naiknya air laut ini memunculkan karang mati yang sebelumnya tertimbun.
Misalnya Glassa Rock yang pada abad ke 19, dituliskan dalam buku tersebut tingginya sekitar 24 kaki (7,3 meter) dari permukaan air laut. Saat ini tingginya sekitar tiga meter dari permukaan air laut. Sementara, bukit tertinggi di Pulau Gelasa dituliskan setinggi 812 kaki (247,498 meter) yang kini hanya sekitar 200 an meter.
“Kenaikan laut dan ombaknya membuat pesisir mengalami abrasi sehingga memunculkan karang-karang mati purba yang selama ini tertimbun,” kata Rizza.