Raden Saleh Sjarif Boestaman, lahir pada bulan Mei 1839 di Semarang, Jawa Tengah (Jateng). Pria yang kerap dikenal dengan nama Raden Saleh ini merupakan sosok yang memiliki peran besar terhadap perkembangan seni rupa di Indonesia.
Bahkan Saleh dianggap menjadi seninam pertama yang terkenal dari Indonesia. Selama hidupnya Saleh telah menjelajah ke berbagai negara Eropa, Belanda, Jerman, Prancis, bahkan dia sempat menetap di Italia dan Inggris. Dirinya menjadi satu-satunya orang Indonesia yang diperbolehkan menjelajah Eropa oleh kolonial Belanda.
Saleh telah melahirkan beberapa karya lukisan yang hingga sekarang masih terkenal antara lain, Penangkapan Pangeran Diponegoro atau Perburuan Banteng. Namun dari beragam karya, Raden Saleh kerap melukis tentang pemandangan alam, terutama di daerah Priangan.
Mengapa Saleh sangat menggemari pemandangan alam? Lalu kenapa saat di Eropa, Saleh lebih memilih menggambar tentang hewan? Berikut uraiannya:
1. Raden Saleh dan alam
Penulis biografi Raden Saleh, Dr. Warner Kraus bercerita bahwa Saleh mengalami berbagai macam perubahan dalam gaya melukisnya. Selama di Jawa, Saleh melukis tentang potret dan pemandangan. Di Eropa dirinya beralih melukis mengenai perburuan binatang.
Menurut Kraus, lukisan Saleh di Eropa bukanlah gayanya yang sesungguhnya. Semua lukisan mengenai harimau, singa, dan perkelahian hewan yang pernah dirinya buat, bukan ciri khas Saleh. Kraus menjelaskan lukisan ini Saleh buat untuk masyarakat Eropa yang menyukai aksi dan drama.
Tetapi setelah kembali ke Indonesia pada 1825, Saleh memutuskan untuk berhenti melukis tentang perburuan. Dia kembali melukis potret dan pemandangan. Gaya melukis Saleh tidak pada umumnya yang hanya menampilkan pemandangan alam.
Saleh turut serta menampilkan manusia pada bagian kecil lukisannya. Seperti lukisan Merapi Eruption by Day dan Merapi Eruption by Night yang dirinya buat pada tahun 1865. Kraus menyebut bila diperhatikan secara teliti, lukisan pemandangan Saleh mengandung unsur manusia di dalamnnya.
“Biasanya dia akan lebih menonjolkan alam, sedangkan manusia hanya bagian kecil di dalamnya. Tangan-tangan kecil merangkak di atas permukaan bumi selama beberapa tahun, yang kemudian semua itu akan musnah dan hanya tersisa merapi itu sendiri,” ujar Kraus yang dinukil dari National Geographic.
2. Beragam lukisan pemandangan Raden Saleh
Mail Station at the Bottom of Mount Megamendung merupakan salah satu lukisan pemandangan karya Saleh yang turut dilelang dalam acara Christie’s Hong Kong Autumn 2018 Sale. Lukisan ini sangat langka. Karya ini dianggap berbeda dengan lukisan-lukisan karyanya yang lain.
Selain lukisan ini ada tiga versi lain dari Mail Station at the Bottom of Mount Megamendung. Versi pertama dilukis Saleh pada tahun 1871 yang menunjukkan kantor pos bernama tugu yang terletak di bawah.
Versi kedua dilukis pada lokasi dan waktu yang sama. Lukisan ini menunjukkan pemandangan matahari terbenam yang memberikan efek indah terhadap hutan di Jawa pada abad ke 19 akhir.
Lukisan versi kedua ini telah menjadi bagian dari koleksi museum Ehrenburg Castle, Jerman. Versi yang ketiga dibuat pada tahun 1879 ini yang kemudian dilelang dengan harga sekitar 1,8 juta dolar amerika atau sekitar Rp27 miliar hingga Rp38,4 miliar.
3. Lukisan dan kritikan Raden Saleh
Kraus sembari menunjuk, juga menjelaskan bahwa lukisan ini memberikan kritikan halus mengenai suasana kolonial pada masa itu. Misalnya gambar mengenai orang Sunda dan Belanda. Terlihat orang Sunda yang berjalan, sedangkan orang Belanda, mengendarai kuda dan duduk di gerbong.
“Ini seperti kritik halus mengenai suasana kolonial pada masanya,” kata Kraus.
Selain kritik sosial, pada lukisan ini juga mengandung makna tersendiri. Kraus mengatakan, Saleh seperti telah “meramalkan” kehancuran alam yang disebabkan oleh tangan manusia. Saleh telah mengekspresikannya melalui lukisan yang dirinya buat hampir 150 tahun yang lalu.
“Menurut hemat saya, ini adalah Raden Saleh yang sesungguhnya. Ini adalah Raden Saleh dari Jawa, yang sangat mencintai kampung halamannya, sangat mencintai alam Indonesia, dan dia menunjukannya melalui lukisan-lukisannya,” ucap Kraus mengakhiri penjelasannya.
Foto:
- Wikipedia