Kota Banten Lama, kemegahan wilayah yang dianggap menyerupai Amsterdam

Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp
Istana Kaibon (Tavip Parawansa/Flickr)

Kota Citadel, di Kota Serang, Provinsi Banten adalah wilayah yang dikelilingi benteng tempat bersemayam sultan-sultan. Kesultanan Banten sendiri berdiri pada abad ke-16 hingga ke-19 Masehi.

Tata kota Banten Lama yang teratur mengundang decak kagum pendatang dengan benteng dan keteraturan distribusinya. Jejaring penyaringan dengan pangkal dari Danau Tasikardi mencukupi kebutuhan air bersih.

Lalu bagaimana sejarah Banten Lama? Dan mengapa kota ini begitu mengagumkan pada masanya? Berikut uraiannya:

1. Kota Citadel

Istana Kaibon (Afrina Riza/Flickr)

Kota Citadel, di Kota Serang, Provinsi Banten adalah wilayah yang dikelilingi benteng tempat bersemayam sultan-sultan. Kesultanan Banten sendiri berdiri pada abad ke-16 hingga ke-19 Masehi.

Pada abad pertengahan hingga ke 19 Masehi, Citadel tergolong konsep pertahanan paling kuat yang sangat lazim di Eropa. Meskipun hanya dibuat dari karang dan bata, benteng yang mengelilingi kota dapat didirikan di Banten Lama.

Cornelis de Houtman pertama kali menginjakkan kaki di Banten Lama pada tahun 1596 terperangah menyaksikan tata kota Banten Lama. Perintis kolonialisme Belanda itu melihat Banten Lama seperti Amsterdam.

  Babat alas, masa kejayaan, dan hilangnya Kerajaan Citorek

Padahal Banten Lama ketika itu masih sangat jauh dari sentuhan Eropa sebagai pusat peradaban dunia. Selang tiga tahun setelah itu, benteng ini diperkuat oleh bastion (selekoh atau kubu).

“Layaknya kota-kota modern kala itu, meriam-meriam dipasang di benteng Banten Lama, siap menangkal serangan dari laut,” tulis Bayu Dwi Radius dalam Banten Lama,”Amsterdam” di Barat Pulau Jawa dimuat Kompas.

2. Layaknya Amsterdam

Istana Kaibon (shrichandrasatryotomo/Flickr)

Disebutkan oleh Bayu, kekaguman tak hanya diutarakan oleh Houtman. Pengarsip ulung Belanda, JA van der Chijs juga mengungkapkan ketakjuban dalam tulisannya yang berjudul Oud Banten (Banten Lama).

Karya yang diterbitkan Tijdschrift van het Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen (TBG) pada tahun 1881 itu menjelaskan kemiripan antara Banten Lama dengan Amsterdam.

“Sekitar 400 tahun lalu, ada Amsterdam di sini (Banten Lama),” ujar Kepala Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Banten kala itu, Yoesoef Boediariyanto.

Disebutkan oleh Yoesoef, Banten Lama bisa disandingkan dengan Amsterdam karena kanal-kanalnya. Dahulu kala, warga Banten Lama terbiasa bersampan melalui kanal untuk bepergian ke segala penjuru.

  Dewi Sri, mitologi bagi tradisi kesuburan pertanian di Nusantara

“Selain saluran transportasi, kanal juga melengkapi pertahanan, Tembok kota dikelilingi dengan kanal,” ujar Yoesoef.

Layaknya Amsterdam, hiruk pikuk pedagang pula yang menjadikan Banten Lama layaknya pelabuhan megah. Di Pelabuhan Karangantu, warga lokal bertransaksi dengan saudagar, tak hanya dari dalam, tetapi juga luar negeri.

Dikatakannya, lada adalah komoditas utama Kesultanan Banten. Selain itu pelabuhan juga riuh dengan perdagangan madu, beras, kelapa, dan obat-obatan. Pedagang Tiongkok, Gujarat, Abyssina, Jepang, Portugis, dan Turki datang berduyun-duyun.

“Mereka menjual sutra, keramik, permata, dan porselen. Kedaulatan Kesultanan Banten dianggap setara dengan negara-negara berpengaruh,” paparnya.

3. Hanya tersisa puing

Istana Kaibon (Tavip Parawansa/Flickr)

Tata kota Banten Lama yang teratur mengundang decak kagum pendatang dengan benteng dan keteraturan distribusinya. Jejaring penyaringan dengan pangkal dari Danau Tasikardi mencukupi kebutuhan air bersih.

Teknisi-teknisi pada masa itu bahkan sudah mampu menyediakan air siap minum tanpa dimasak. Peneliti Pusat Arkeologi Nasional, Tubagus Najib menjelaskan pengaturan air dilakukan melalui tempat penyaringan yang disebut pengindelan.

“Air melalui pengindelan merah, kotorannya mengendap, Terus lagu melewati pengindelan putih. Akhirnya, air keluar dari pengindelan emas,” katanya.

  Qurban Traveler Nusantara 2022 tuntas dilakukan, cara unik gabungkan konsep sedekah dan traveling

Memang terdapat tiga pengindelan, yakni merah, putih, dan emas. Filterisasi menggunakan semacam sumur dan kotoran akan diendapkan. Jika kotoran menumpuk, pengindelan akan dikuras dan dibersihkan.

Disebutkan oleh Najib kemiripan lain Banten Lama dengan Amsterdam pada masa lampau adalah luasnya sama-sama sekitar 10 kilometer dengan penduduk lebih kurang 36.000 orang. Banten lama ketika itu disebut Surosowan.

Namun campur tangan penjajah dan perang saudara, membuat Banten lama luluh lantak pada 1808. SIsa kejayaan Banten lama yang didirikan tahun 1526 adalah puing-puing, saksi bisu musnahnya peradaban adiluhung.

Pengindelan emas kini hanya berupa reruntuhan. Bangunan itu sudah tak beratap dengan tembok yang sudah tak beratap dengan tembok yang tidak utuh lagi sehingga susunan batu bata dapat terlihat.

Artikel Terkait

Terbaru

Humanis

Lingkungan

Berdaya

Jelajah

Naradata