Mengapa bangsa Indonesia tidak mengenal adanya zaman tembaga?

Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp
Teko tembaga (Nur aini Rais/Flickr)

Pada zaman logam atau masa perundagian, manusia purba telah mengenal teknologi yang cukup tinggi dalam pembuatan benda-benda dan peralatan sehari-hari. Menurut perkembangannya, periode ini dibedakan menjadi tiga tahap yakni zaman tembaga, zaman perunggu dan zaman besi.

Kendati demikian, Indonesia hanya mengalami dua periode saja, yaitu zaman perunggu dan zaman besi. Oleh karena itu, para sejarawan menyatakan bahwa zaman logam di Indonesia dimulai dari zaman perunggu.

Lalu mengapa Indonesia tidak mengenal zaman tembaga? Dan apa benda-benda yang tersisa dari zaman tersebut? Berikut uraiannya:

1. Zaman Tembaga

Priuk tembaga (Atiq Razak/Flickr)

Zaman tembaga atau Khalkolitik adalah periode ketika manusia purba di beberapa belahan dunia baru saja mengenal logam sebagai bahan dasar membuat peralatan sehari-hari. Beberapa sejarawan juga mendefinisikannya sebagai periode transisi antara Neolitikum dan zaman perunggu.

Pada masa Khalkolitik, tembaga menjadi bahan yang mendominasi teknologi pengerjaan logam. Hal ini karena masyarakat belum mengenal tembaga dapat dicampur dengan timah untuk menghasilkan perunggu yang notabene lebih keras dan kuat.

  Ajaran makanan sehat dan ramah lingkungan ala leluhur yang telah dilupakan

Tembaga juga termasuk logam yang sangat mudah dilebur karena titik leburnya tidak begitu tinggi. Tembaga yang mula-mula ditemukan, kemudian dibuat menjadi berbagai macam bentuk yang hanya membutuhkan sedikit pengetahuan dalam pengerjaan logam.

Kemajuan peralatan logam juga meningkatkan sistem perdagangan masyarakat. Pada zaman logam, masyarakat mulai melakukan barter dari satu pulau ke pulau. Umumnya alat yang dijadikan barter berupa rempah-rempah, kayu, perunggu, hingga timah.

Memasuki zaman logam, penggunaan batu sebagai alat tidak hilang sama sekali. Batu juga memiliki peran penting pada zaman ini. Disamping penggunaannya sebagai bahan baku teknologi, batu dijadikan salah satu alat mencetak logam.

2. Tidak ada Zaman Tembaga

Koleksi tembaga (nuramira misnon/Flickr)

Dimuat dalam buku Rekam Jejak Peradaban Indonesia, perkembangan zaman logam di wilayah Indonesia berbeda dengan di Eropa. Bila di Eropa melewati tiga fase, zaman tembaga, zaman perunggu, dan zaman besi, Indonesia hanya melewati dua fase.

Zaman logam di Asia Tenggara khususnya wilayah Kepulauan Indonesia umumnya tidak melewati Zaman tembaga. Wilayah ini langsung memasuki zaman perunggu dan zaman besi secara bersamaan munculnya.

  Wajib tahu, ini 5 negara tertua yang pertama kali terbentuk di dunia

Para ahli sejarah berpendapat bangsa Indonesia tidak mengalami zaman tembaga karena tidak ditemukan hasil kebudayaan tembaga di wilayah tersebut. Begitu pula dengan wilayah Asia Tenggara lainnya.

Temuan yang ada di Indonesia hanya berupa alat-alat yang dibuat dari perunggu, besi, dan perhiasan emas. Peninggalan dari zaman besi pun jumlahnya sangat sedikit dibandingkan dengan alat-alat yang terbuat dari perunggu.

3. Peninggalan peradaban

Cangkul (SK Seberang Perak/Flickr)

Diwartakan dalam buku Rekam Jejak Peradaban Indonesia, pada zaman perunggu masyarakat sudah mampu mencampurkan tembaga dan timah dengan perbandingan 3:10. Sehingga logam yang dihasilkan lebih kuat dan keras.

Ada beberapa alat unggulan yang dihasilkan pada zaman ini, di antaranya:

  1. Kapak Corong ditemukan di Sumatra Selatan, Jawa-Bali, Sulawesi, Kepulauan Selayar, Irian.
  2. Nekara Perunggu (Moko) ditemukan di Sumatra, Jawa-Bali, Sumbawa, Selayar, Leti.
  3. Bejana Perunggu ditemukan di Sumatra dan Madura
  4. Arca Perunggu ditemukan di Bangkinang, Lumajang, dan Bogor

Sementara itu masyarakat di zaman besi sudah semakin terampil, mereka dapat melebur besi dari bijinya untuk membuat peralatan. Pasalnya, teknik ini cukup sulit untuk dilakukan. Sebab, besi memerlukan panas sebesar 3500 derajat celcius.

  Fakta dan bukti kekayaan yang dimiliki laut Indonesia

Beberapa alat besi yang dihasilkan pada zaman besi adalah:

  1. Mata kapak bertungkai kayu
  2. Mata pedang
  3. Mata sabit
  4. Mata pisau
  5. Cangkul

Artikel Terkait

Terbaru

Humanis

Lingkungan

Berdaya

Jelajah

Naradata