Ragam potensi pohon meranti, jawara penyerap karbon yang bernilai ekonomi tinggi

Meranti merupakan salah satu jenis flora yang sudah tidak perlu diragukan lagi kepopulerannya di Indonesia, baik dari segi peran besar yang dimiliki terhadap lingkungan maupun keberadaannya yang berharga jika dilihat dari segi ekonomi sebagai hasil dari tanaman hutan produksi.

Pohon meranti selama ini dikenal memiliki banyak manfaat karena buah dan bunganya sering dijadikan makanan oleh berbagai macam satwa, selain itu pohonnya juga sering digunakan sebagai sarang burung-burung di hutan.

Fakta unik apa saja yang dimiliki pohon meranti?

1. Punya lebih dari 100 spesies

Kerap dikenal dengan sebutan Seraya yang berasal dari nama ilmiah genus Shorea, meranti merupakan genus turunan dari famili Dipterocarpaceae dalam kingdom Plantae (tumbuh-tumbuhan).

Yang menarik, meranti sendiri memiliki lebih dari 150 spesies berbeda yang tersebar di berbagai negara, khususnya di kawasan Asia Tenggara ke barat hingga Srilanka-India Utara, dan ke timur hingga Filipina dan Maluku.

Di wilayah Malesia meranti setidaknya terdiri dari sebanyak 163 spesies, dan Indonesia menjadi negara yang unggul karena dari total spesies tersebut, 91 di antaranya merupakan spesies endemik yang berada di daratan Kalimantan dan Sumatra.

Bicara lebih detail mengenai cirinya, meranti masuk dalam kelompok tanaman berkayu keras yang sebagian besar jenisnya tumbuh dengan sangat lambat. Meranti juga memiliki keunikan berupa buah yang nampak memiliki dua sayap, dan apabila tertiup angin buah tersebut akan melayang dan berputar layaknya baling-baling.

2. Ekonomi tinggi kayu meranti

Kita semua pasti tahu jika di saat bersamaan meranti juga telah menjadi salah satu pohon yang menghasilan produk kayu sebagai produk komersial terpenting, kayu meranti banyak digunakan untuk berbagai macam kebutuhan di segala bidang karena kekuatan dan keawetannya, mulai dari konstruksi bangunan sedang hingga berat seperti kebutuhan tangga, jendela, pintu, furnitur, bahan mebel, hingga material utama untuk pembuatan perahu.

Secara umum, ada tiga jenis kayu meranti yang terkenal dan diutamakan di pasaran, yakni meranti merah, putih, dan kuning.

Sedikit membahas lebih detail dari masing-masing karakteristiknya, meranti merah sendiri diketahui memiliki diameter batang mencapai 100 sentimeter dan dapat tumbuh tinggi hingga 5-30 meter.

Banyak ditemukan di daerah Sumatra, Kalimantan, dan Maluku, meranti merah juga banyak dipakai untuk membuat kayu olahan seperti papan partikel, harbor, dan venir untuk kayu lapis.

Selain meranti merah, jenis yang juga banyak ditemukan di kawasan Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku adalah meranti putih. Dengan ukuran lebih besar, meranti putih bisa tumbuh dengan diameter berkisar 180 sentimeter dan ketinggian hingga 55 meter.

Terakhir meranti kuning, yang di luar Pulau Kalimantan jenis satu ini lebih banyak tumbuh di Pulau Sumatra seperti Aceh, Sumatra Barat, Sumatra Utara, hingga Jambi. Kemampuan tumbuhnya dapat mencapai diameter di kisaran 150 sentimeter dan tinggi hingga 60 meter.

3. Juara penyerap karbon

Sama halnya seperti wujud pohon pada umumnya, meranti juga memiliki peran besar terkait keberadaan di hutan tropis yang berfungsi sebagai penyerap karbon. Menurut penjelasan KLHK, pohon meranti yang secara umum memiliki diameter lebih dari 2 meter dan tinggi melebihi 50 meter di kasawan hutan tropis punya kemampuan luar biasa dalam berfotosintesis.

Kemampuan tersebut yang dijelaskan dapat menampung karbon hingga sebanyak 250 ton per hektar hutan tropis. Karena itu pula, pohon meranti memiliki keistimewaan dari segi potensi besarnya sebagai wujud alam yang berperan dalam mitigasi perubahan iklim.

Kembali diperjelas, meranti bahkan disebut sebagai penyerap karbon yang lebih kuat dibanding jenis pohon lainnya yang ada di hutan tropis seperti jati dan akasia. Selain itu, kehadiran pohon meranti juga disebut dapat memperbaiki tata air pada saat-saat tertentu, dimana air yang sebelumnya mungkin hanya mengalir pada saat musim hujan, namun kemudian dapat mengalir juga pada musim kemarau karena tersimpan dalam cadangan akar pohon meranti.

Sejalan dengan pemanfaatan dalam skala besar dan eksploitasi berlebih, hal tersebut sudah pasti membuat beberapa spesies pohon meranti mengalami status konservasi yang terancam. Sekitar 102 spesies dari total spesies meranti yang disebutkan sebelumnya, diketahui tercatat berada di status critically endangered atau terancam punah menurut IUCN.

Karena hal itu pula, berbagai upaya untuk mempertahankan keutuhan spesies pohon meranti dilakukan, salah satu di antaranya dengan menerapkan sistem tebang pilih.