Singa sebagai identitas Kota Malang: sejak zaman Kerajaan Singosari hingga Arema

Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp
Patung singan sebagai salah satu ikon Kota Malang (Fany Indrawan/Flickr)

Singa menjadi simbol yang cukup identik dengan Kota Malang. Tidak hanya karena dijadikan lambang bagi salah satu kesebelasan kebanggaan masyarakat Malang yaitu Arema, tetapi singa juga terkandung dalam sejarah Kota Apel tersebut.

Singa telah menjadi simbol kota Malang sejak zaman dahulu, serta menjadi salah satu nama Kerajaan yang pernah ada di Malang yaitu Singosari. Sosok Singa juga terdapat dari dua candi yang dibangun pada masa Majapahit.

Lalu bagaimana sejarah singa bagi Kota Malang? Dan apa hubungan singa bagi jiwa masyarakat Malang? Berikut uraiannya:

1. Singa sebagai lambang Malang

Patung kepala singa (jeswashingtonnews/Instagram)

Singa memang sangat identik dengan wilayah Malang. Hewan ini menyertai mulai dari nama Kerajaan Singosari, lambang kota hingga simbol Arema. Sosok hewan ini memang menjadi salah satu kebanggaan masyarakat Malang.

Simbol singa telah muncul pada zaman dahulu pada nama salah satu kerajaan yang pernah ada di Malang yaitu Singosari. Singosari merupakan salah satu kerajaan terbesar yang ada di Nusantara.

Bahkan kerajaan yang didirikan oleh Ken Arok ini merupakan salah satu embrio dari Kerajaan Majapahit yang kelak kekuasaannya begitu luas. Digunakannya kata “Singha” karena hewan ini sangat identik dengan kerajaan tersebut.

  Timun suri, buah khas bulan puasa yang mengingatkan jati diri sebagai petani

Pada masa Majapahit, sosok singa yang identik dengan wilayah Malang ini juga kembali dilanggengkan dan diteruskan. Pada dua candi yang berada di wilayah Malang yaitu Candi Jago dan Kidal juga terdapat patung sosok singa.

Walaupun sedikit berubah, pada relief Candi Jago yang dibangun pada Majapahit juga terdapat cerita mengenai singa sebagai lawan dari banteng. Sosok singa yang ditampilkan pada candi ini bisa diasosiasikan sebagai penjaga dari sebuah kota atau kerajaan.

“Hewan ini diharap mampu menjadi simbol pelindung sebuah kota atau negara dari serbuan lawan, serta menghalau serangan berbagai makhluk halus,” tulis Rizky Wahyu Permana dalam Singa sebagai Lambang Malang Mulai Zaman Singosari hingga Malang dimuat dari Merdeka.

2. Diteruskan di zaman Belanda

Maskot Arema (Galeri Foto Ongisnade/Flickr)

Lambang pelindung kota Malang ini kemudian diteruskan pada masa Hindia Belanda. Ketika itu lambang Kota Apel ini adalah sepasang singa yang memegang tameng dengan gambar singa lainnya.

Di bawah gambar kedua singa tersebut terdapat sebuah tulisan “Malang Nominor Sursum Moveor” yang memiliki arti Malang Namaku, Maju Tujuanku. Lambang kota ini digunakan mulai tahun 1937 hingga akhirnya berubah pada tahun 1951.

  Soa-soa layar, dinosaurus asal Indonesia yang populasinya terancam

Pada tahun 1964 dalam peringatan 50 tahun Kota Malang, lambang sempat kembali lagi kepada sosok hewan pelindung tersebut. Tetapi kemudian lambang Malang berubah menjadi tugu seperti yang kita kenal saat ini pada tahun 1970.

Lambang singa kembali muncul setelah digunakan oleh Arema, klub kebanggan masyarakat Malang. Klub sepak bola yang lahir pada 11 Agustus 1987 ini bahkan memiliki julukan yakni Singo Edan.

Tetapi dijelaskan oleh Rizky, ada juga alasan mengapa Arema menggunakan lambang singa. Hal ini ternyata, jelasnya, bukan karena terkait simbol sejarah masa lalu, tetapi hanya karena alasan sepele yaitu tanggal lahir Arema dinaungi rasi bintang Leo.

“Namun berkat hal itu justru sosok singa semakin melekat dengan Malang,” paparnya.

3. Simbol yang jadi identitas

Maskot Arema (Ongisnade.Net Arema Indonesia)

Bagi Rizky, sosok singa ini kini bukan hanya terwakili sebagai lambang kota, tetapi telah menjadi bentuk karakteristik masyarakat Kota Malang. Hal ini jelasnya terlihat dari perilaku masyarakat Malang.

“Bahkan perilaku masyarakat Malang yang serba buka-bukaan dan lugas seakan menunjukan bahwa mereka memiliki jiwa singa. Jadi tidak heran jika Malang identik sebagai kandang singa,” paparnya.

  Misteri ritual aneh di Gunung Sanggabuana yang mengancam lingkungan

Karena itu pemaknaan yang positif terhadap singa juga dilakukan oleh masyarakat Malang. Hal ini dapat diketahui dari hadirnya singa pada banyak aspek kehidupan masyarakat Malang hingga kini.

Pada tataran ini dapat dikatakan bahwa masyarakat Kota Malang secara tidak langsung telah meleburkan identitas dirinya dan identitas singa menjadi satu. Laku singa yang telah dimaknai, dihidupi dalam laku hidup masyarakat Kota Malang.

Bentuk dari laku hidup ini ditunjukan dari peresmian monumen Kepala Singa Jawara. Peresmian ini sebagai optimisme jiwa pemenang yang telah mendarah daging di dalam tubuh masyarakat Malang.

“Ini simbol dari kebersamaan, kesatuan visi dan misi, serta semangat untuk terus berprestasi,” kata Bupati Malang H.M. Sanusi, M.M yang diwartakan SuaraMerdeka.

Artikel Terkait