Meski saat ini mulai digencarkan pegerakannya sebagai solusi ketahanan pangan mandiri, namun tak dimungkiri jika urban farming masih menjadi hal asing bagi sebagian besar kalangan. Padahal jika ditelusuri sejak awal kemunculannya, asal-usul urban farming sudah hadir bahkan ribuan tahun sebelum masehi.
Praktik penyebarannya hingga kini sudah mulai diterapkan di berbagai negara termasuk Indonesia pun cukup panjang. Seperti apa riwayat perkembangan urban farming yang disebut sudah ada sejak ‘zaman roda’?
Berikut uraiannya.
1. Asal-usul urban farming sejak 3500 tahun sebelum masehi

Mengutip jurnal publikasi dari laman Aurora University di Illinois, Amerika Serikat, asal-usul urban farming atau yang dikenal sebagai pertanian perkotaan sudah ada sekitar 3500 sebelum masehi (SM). Menurut penelusuran sejarawan ditemukan bahwa para petani di kawasan Mesopotamia mulai menyisihkan lahan di kota-kota yang saat itu sedang berkembang.
Di wilayah sekitarnya, pada kisaran 1.500 tahun kemudian ditemukan bahwa kota-kota semi-gurun di Persia sudah memiliki sistem produksi pangan di perkotaan. Bahkan ada jejak arkeologi yang menunjukkan saluran air perkotaan untuk kebutuhan produksi pangan pertanian di kawasan pemukiman.
Tak hanya itu, contoh awal lain dari praktik urban farming juga muncul dari belahan Bumi di bagian Barat pada tahun 1400-an masehi. Salah satunya adalah wilayah kota Machu Picchu di Peru.
“Lahan sayuran biointensif dirancang agar bisa terkena sinar matahari sore. Tanaman air dan tanah disatukan untuk menahan embun beku gunung yang sering terjadi.” jelas seorang pakar pertanian perkotaan, bernama Jac Smit menjelaskan.
2. Urban farming di abad 21

Lebih maju ke depan, disebutkan bahwa praktik urban farming diyakini berasal dari sebuah pergerakan yang diterapkan di Inggris.
Mulai tahun 1880 hingga awal 1900-an, taman yang ada di kota-kota besar Eropa seperti London, Paris, dan Stockholm banyak dimanfaatkan untuk membantu kalangan miskin menjadi lebih mandiri untuk memenuhi kebutuhan pangan mereka.
Di daerah pinggiran kota atau lahan yang langsung mengelilingi kota, keluarga miskin diberi lahan untuk berkebun. Namun, ide ini tidak unik untuk kota-kota Eropa tersebut.
Ditambah lagi, praktik urban farming ini juga makin populer saat masa perang dunia kedua di Eropa. Kondisi krisis memaksa mereka untuk mengembangkan sendiri sumber pangan walau dilakukan di atas sebidang lahan yang minim sekalipun.
Gerakan yang dilakukan dalam skala besar itu bahkan menjadi salah satu faktor yang membuat Eropa bisa bertahan pada perang dunia kedua.
Hal yang sama juga berlaku di Amerika. Pada tahun 1917, Mantan Presiden AS yakni Woodrow Wilson menggantungkan pangan untuk peperangan dari hasil urban farming. Ia bahkan mengatakan bahwa “makanan akan memenangkan perang”.
Karena itu juga, ibu negara AS di masa kepemimpinan setelahnya yakni Eleanor Roosevelt sampai membuat lahan urban farming sendiri di Gedung Putih. Lahan urban farming tersebut diberi nama ‘taman kemenangan.
Sayangnya, praktik urban farming mulai mengalami penurunan setelah perang usai di tahun 1945. Hal tersebut lantaran praktik perkebunan dan pertanian dikemalikan ke lahan di daerah desa dan jauh dari perkotaan. Sementara itu lahan-lahan pertanian di kota kembali ditata ulang dan bangunan-bangunan administratif kenegaraan diperluas.
Praktiknya baru banyak digaungkan kembali mulai tahun 1970-an, oleh beberapa komunitas yang membawa kembali gerakan tersebut, dan meluas hingga saat ini.
3. Jenis-jenis urban farming

Dilihat dari tipe pangan yang ditanam hingga lokasi, sebenarnya urban farming sendiri diklasifikasikan ke dalam beberapa jenis yang berbeda.
Berdasarkan jenis tumbuhan yang ditanam, urban farming dibagi menjadi enam tipe, yakni:
- TIpe A, perkebunan yang dilakukan dalam media pot/polybag/wadah daur ulang,
- Tipe B, rumah dengan tanaman produktif di halaman, dapat berupa keberadaan satu pohon pada satu rumah,
- Tipe C, pekarangan rumah yang dimanfaatkan untuk produksi sayuran atau tanaman hias,
- Tipe D, tanaman yang dibudidaya dengan merambat pada dinding (vertikultur),
- Tipe E, tanaman yang merambat pada pagar,
- Tipe F, perkebunan dengan memanfaatkan sebuah lahan tidur.