Berstatus hampir punah, ini fakta hiu karpet berbintik khas Raja Ampat

Tak ada yang memungkiri jika salah satu kepulauan di timur Indonesia, yakni Raja Ampat, Papua Barat, kaya akan biodiversitas yang sangat khas dan tak ditemukan di tempat lain.

Salah satu fauna yang menarik perhatian adalah hiu karpet berbintik. Pesona hewan endemik perairan Indonesia bagian timur itu juga ini terkenal hingga mancanegara.

Hiu karpet berbintik menarik perhatian banyak peneliti karena memiliki corak tubuh yang cantik, populasi yang endemik, hidup di perairan dangkal, serta tampak tak seseram hiu pada umumnya.

Meski begitu, hiu karpet berbintik memiliki tubuh menyerupai karpet dan tidak berbeda jauh dengan hiu kebanyakan. Memiliki mulut yang tidak terlalu mancung, sirip pada bagian samping, dan dua sirip pada bagian punggung khas hiu.

Hiu dengan nama ilmiah Hemiscyllium freycineti ini masuk dalam famili Hemiscyllidae, termasuk ke dalam famili hiu bambu. Berikut ragam fakta soal hiu unik khas papua ini:

1. Masuk golongan hiu kecil

Secara umum, panjang maksimal ukuran hiu ini kurang lebih 46 cm, dan masuk pada golongan hiu kecil. Meski lazimnya hiu ini memakan hewan kecil jenis invertebrata, seperti serangga, ubur-ubur, dan cacing, namun ia juga mampu memangsa hewan dengan ukuran jauh lebih besar dari ukuran tubuhnya.

Tak seperti hiu pada umumnya yang merupakan hewan penjelajah, hiu karpet berbintik lazim ditemukan di sekitar terumbu karang atau bersembunyi di balik terumbu karang di dasar perairan.

2. Hidup di perairan dangkal

Seperti disebutkan di atas, populasi hiu ini hanya ditemukan di perairan dangkal, yakni pada kedalaman 0-12 meter di bawah air. Habitat yang paling disukai hiu ini adalah perairan dangkal yang penuh dengan terumbu karang, rumput laut, dan pasir.

Meski begitu, kita akan sedikit sulit menemukan hiu karpet berbintik, karena kebiasaannya menyamar di antara terumbu karang. Beberapa daerah sebaran hiu ini ada di Papua Barat, Wigeo, dan Papua New Guinea.

3. Status konservasi

Hiu yang mulai dikenal pada 2003 ini diperkirakan akan punah pada beberapa tahun mendatang, karena semakin sedikitnya ekosistem terumbu karang, atau rusaknya terumbu karang. karenanya, cukup penting kiranya kita bersama menjaga habitas terumbu karang yang menjadi rumah mereka.

Dengan status satwa dilindungi–sudah terdaftar dalam World Wildlife Fund (WWF) sebagai hewan yang terancam punah–tentu para pihak harus terus berupaya menjaga kelestarian hewan unik satu ini. Penangkapan besar-besaran–untuk dijual, bom ikan, dan kerusakan ekosistem terumbu karang, boleh jadi menjadi petaka bagi mereka.

Dikenal memiliki harga yang mahal, pemburuan hiu karpet berbintik dalam satu dekade terakhir terus meningkat, maka tak heran jumlahnya kini semakin sedikit. Tugas kita adalah selalu menjaga habitatnya dan tidak menjadi bagian dari rantai perburuan hiu.

Yuk sama-sama kita jaga agar keberadaannya tetap lestari.