Pelawan merupakan pohon unik. Seluruh bagian tubuhnya, mulai batang, akar, hingga ujung rantingnya berwarna merah. Warna merahnya terlihat jelas, ketika kulit luar batangnya mulai terkelupas. Pohon pelawan merupakan anggota suku jambu-jambuan (Myrtaceae), kulit yang mengelupas, merupakan ciri khasnya.
Ada tiga jenis pelawan yang masih bisa kita jumpai. Pelawan merah atau pelawan padang (Tristaniopsis merguensis), pelawan kepoh atau pelawan tudag (Tristaniopsis obovata), dan pelawan putih atau pelawan air (Tristaniopsis whitena).
Lalu bagaimana kondisi pelawan sendiri? Apa saja manfaat dari pohon ini? Berikut uraiannya:
1. Pohon pelawan

Pohon pelawan sangatlah unik, seluruh bagian tubuhnya mulai batang, akar, hingga ujung rantingnya berwarna merah. Warna merahnya kian terlihat jelas, ketika kulit luar batangnya mulai terkelupas. Dr Dian Akbarini, peniliti pelawan menuturkan pohon tersebut merupakan anggota suku jambu-jambuan.
“Saya belum dapat informasi, umur berapa mengelupasnya. Namun pohon yang ada di rumah saya mengelupas sekitar lima tahun,” terangnya yang dimuat Mongabay Indonesia, Minggu (29/5/2022).
Berdasarkan pengamatan Dian, pelawan tidak hanya berwarna merah. Ada tiga jenis yang pernah dirinya jumpai, dinamai masyarakat Bangka Belitung sesuai warna. Ada pelawan merah atau pelawan padang, pelawan kepoh atau pelawan tudag, dan pelawan putih atau pelawan air.
“Pelawan putih agak langka, terakhir terlihat di Pulau Lepar, Kabupaten Bangka Selatan,” katanya.
Secara umum, spesies Tristaniopsis dapat tumbuh di dataran rendah hingga hutan pegunungan di bawah 1300 meter, seringnya di sepanjang sungai atau dekat pantai, mereka jarang ditemukan berkelompok. Khusus di Bangka Belitung, pelawan dapat tumbuh di hutan dataran rendah hingga perbukitan.
2. Spesies kunci

Pohon pelawan merupakan spesies kunci bagi keberlanjutan keanekaragaman hayati di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Dalam komunitas biologi, spesies kunci mempunyai peranan penting dalam suatu ekosistem, yaitu dapat menentukan kemampuan sejumlah besar spesies lain untuk bertahan hidup.
Pelawan telah mewujudkan keberlanjutan secara ekologi (lingkungan). Wujudnya dengan menjamin keberlangsungan dan daya dukung serta pemanfaatan sumber daya alam. sehingga tidak terjadi konversi lahan. Pelawan juga memiliki beragam manfaat untuk masyarakat.
Pohon pelawan dimanfaatkan masyarakat di Bangka Belitung sebagai kayu bakar, karena menghasilkan api yang bagus, panas lebih lama, dan sedikit abu, serta dijadikan bahan bangunan. Dari sisi ekonomi, madu, dan jamur pelawan memiliki kemanfaatan, mempunyai nilai jual sangat tinggi.
“Satu kilogram jamur pelawan bernilai 800 ribu rupiah, bahkan jika sulit diperoleh dipasaran bisa mencapai 1,2 juta per kilogram. Sedangkan madu pelawan, ukuran 300 ml nya sekitar 200 ribu Rupiah,”tulis Dian.
Pohon pelawan, khususnya pelawan merah, telah menjelma menjadi spesies kunci untuk keberlanjutan hutan di Bangka Belitung. Fungsinya, ucap Dian, menjamin keberlanjutan pembangunan ekonomi, sosial budaya, dan lingkungan sekitar.
3. Prioritas konservasi

Dalam kehidupan masyarakat Suku Mapur, suku Melayu tertua di Pulau Bangka, pelawan merah digunakan sebagai bahan obat tradisional. Seperti diungkapkan dalam penelitian Hartanto dkk yang berjudul Etnomedisin Tumbuhan Pelawan (Tristaniopsis spp) dalam Kehidupan Masyarakat Lom Pulau Bangka.
Pelawan dapat digunakan untuk mencegah kehamilan, penanganan penyakit koreng, luka bakar, dan gatal-gatal alergi. Sementara, dalam bentuk ramuan untuk mengobati cacar air, luka baru, malaria, diare sariawan, infeksi luka, dan iritasi kulit.
Henri, peneliti biologi dari Universitas Bangka Belitung menuturkan keberadaan pohon pelawan seharunya bisa menjadi spesies prioritas konservasi. Mengingat, banyak manfaat yang diberikan tanaman ini terhadap lingkungan dan manusia.
“Pohon pelawan dapat menghasilkan metabolit sekunder, sehingga tumbuhan ini kebal akan kondisi tanah yang asam. Senyawa metabolit yang dihasilkan berupa fenol, salah satunya tanin, berguna untuk mengobati diare hingga menghentikan peradangan,” jelasnya.
Dengan menjaga pohon pelawan, menurutnya akan ikut menjaga keberlanjutan ekologi hutan. Hal ini juga turut mempertahankan ragam pengetahuan masyarakat adat di Bangka Belitung terkait pohon tersebut. Sekaligus menjaga kelestariannya.